Ikuti Kami

Kreativitas Caleg Banteng Hadapi Pemilu Serentak 2019

Yang jelas, seluruh Caleg Banteng berkampanye dengan santun & berkeadaban. Ketika turun ke bawah selalu tertawa & menangis bersama rakyat.

Kreativitas Caleg Banteng Hadapi Pemilu Serentak 2019
Ilustrasi Kampanye Caleg PDI Perjuangan - Foto: IG kiranalarasati

AMANAH UU No 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum salah satunya adalah menggelar Pemilu secara serentak. Selain itu, durasi kampanye yang lama membuat anggaran sosialisasi sejumlah caleg melonjak drastis.

Untuk itu, berbagai inovasi dan kreativitas kampanye yang efektif dan efisien dilakukan sejumlah caleg PDI Perjuangan dalam menghadapi Pemilu 2019. 

Caleg DPR RI dari PDI Perjuangan H. KRH. Henry Yosodiningrat, SH. MH misalnya, Ia sampai harus memasang sendiri Alat Peraga Kampanye bersama timnya. Bisa jadi, hanya segelintir caleg khususnya caleg DPR RI yang memasang sendiri APK-nya seperti Henry Yoso.

Selain efektif dan efisien menekan biaya kampanye, momentum memasang sendiri alat peraga kampanye hingga ke kampung-kampung begitu spesial karena di saat itulah ia bisa menyapa dan bersentuhan langsung serta sekaligus bisa menyerap aspirasi Konstituennya.

Henry juga mengaku sebagai petahana diuntungkan karena sudah dikenal luas oleh masyarakat. Selain itu, dirinya juga sudah populer sebagai lawyer terkenal jauh sebelum menjadi Anggota DPR periode 2014-2019. 

Popularitas dan elektabilitas Henry tetap terjaga di periode keduanya menjadi Caleg karena ia juga kerap tampil di TV dalam kapasitas sebagai Ketua Umum DPP GRANAT dalam pembahasan isu-isu kejahatan narkotika. 

Wajah Henry kerap menghiasi layar kaca, sebut saja program TV populer seperti ILC, Mata Najwa, dan program TV lainnya, ia kerap tampil kritis, menguasai masalah hukum, tegas dan 'garang' terhadap lawan bicaranya.

Dalam beberapa kali kegiatan Sosialisasi UU No 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum bersama Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Henry mengaku mengharamkan dirinya untuk menggunakan politik uang. Sejak Pileg 2014, sepeser pun Henry tak pernah bagi-bagi uang atau sembako dalam kampanyenya.

Ia menegaskan, sejumlah kepala daerah dan politisi yang tertangkap OTT KPK atau terjerat kasus korupsi, bisa dipastikan saat kampanye dulu menggunakan politik uang.

Untuk itu, Henry mengaku sebagai Wakil Rakyat yang memiliki pengalaman sebagai advokat selama 38 tahun, salah satu bentuk pengabdian dan kontribusinya kepada masyarakat di Dapilnya dengan membantu mengadvokasi sejumlah kasus hukum yang dihadapi warga. 

Meskipun tidak pernah membagikan sembako atau uang kepada Konstituennya, namun masyarakat sadar dan mengakui kepedulian serta perjuangan Henry Yoso dalam memperjuangkan, mendampingi dan mengadvokasi kasus-kasus konflik agraria, dan kasus hukum lain yang dihadapi warga. 

Gaya kampanye efektif juga dilakukan Caleg PDI Perjuangan lain seperti Masinton Pasaribu. Poster dirinya terpampang di sepanjang jalan raya hingga gang-gang sempit di Jakarta Selatan. 

Masinton mengakui, dengan durasi kampanye yang lama dan kampanye serentak membuat rancangan biaya kampanyenya di pemilu 2019 naik hingga sepuluh kali lipat dibandingkan Pemilu 2014. Jika di Pemilu 2014, ia mengeluarkan Rp 500 Juta, kali ini biaya yang perlu Masinton siapkan sekitar Rp 5 Miliar. Itu belum termasuk untuk biaya saksi partai yang harus ditanggung secara gotong royong.

Caleg lain dari PDI Perjuangan yang melakukan kampanye kreatif adalah Putra Nababan. Selain melakukan metode kampanye yang paling efektif: blusukan, door to door ke rumah warga, Putra juga massif 'memoles' dirinya di media sosial dengan memanfaatkan berbagai platform seperti Instagram, Twitter, Facebook dan Youtube.

Poster kampanye kece dirinya didisain dengan warna dan narasi yang milenial. Sehingga pesan kampanyenya bisa dicerna kalangan milenial yang selama ini terkesan apolitis. Namun dengan gaya kampanye ceria dan riang gembira yang dilakukan Putra Nababan, cukup berhasil menyasar pemilih milenial di Jakarta Timur.

Hal itu bisa dibuktikan ketika Putra diundang sejumlah Kampus di Jakarta dalam kapasitasnya sebagai Founder dan COO idtalent, sejumlah mahasiswa sangat tertarik dan menawarkan diri menjadi relawan pemenangan Putra tanpa diminta. 

Padahal, di dalam kampus Putra mengaku tak pernah mengkampanyekan dirinya karena memang aturannya dilarang untuk berkampanye di lingkungan lembaga pendidikan.

Dalam sosialisasinya, Putra mengaku tidak perlu lagi memperkenalkan dirinya terlalu banyak karena memang wajahnya sudah sangat familiar di kalangan masyarakat sebagai penyiar berita.

Saat blusukan, bertatap muka dan berinteraksi dengan warga di Daerah pemilihannya, Jakarta Timur, Putra selalu menyampaikan capaian keberhasilan Pemerintahan Presiden Joko Widodo. Selain itu, Putra juga membumikan nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Bangsa kepada warga.

Keseruan blusukan Caleg Banteng lainnya juga dilakukan Caleg artis PDI Perjuangan. Sebut saja Kirana Larasati yang juga artis dari kalangan milenial. Kirana begitu digemari kalangan milenial. 

Kampanye kreatifnya di dunia maya juga menyedot perhatian netizen. Kirana pernah membuat video yang viral ketika mengcounter serangan Cawapres 02 Sandiaga Uno yang menyebut uang 100 ribu jika digunakan belanja di pasar tidak cukup untuk 1 keluarga.

Dengan videonya, Kirana membuktikan uang sebesar 100 Ribu Rupiah bisa dibelanjakan banyak kebutuhan pokok di pasar tradisional. Kirana membuktikan di rezim Presiden Jokowi, harga-harga kebutuhan pokok selalu stabil. Jika naik, pemerintah buru-buru mengkondisikannya.

Beberapa caleg petahana lain seperti Eva Kusuma Sundari juga selalu turun ke bawah menyapa konstituennya di Dapil Jatim VI yang meliputi Kabupaten Tulungagung, Kota Kediri, Kota Blitar, Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Blitar

Selama menjadi Anggota DPR RI, Eva memang selalu memanfaatkan masa Reses atau setidaknya setiap pekan untuk turun ke Dapil.

Eva terlihat aktif di berbagai kegiatan sosial di masyarakat. Ia juga penggagas Gerakan Rampak Sarinah, sebuah gerakan untuk memberdayakan perempuan lebih mandiri dan menegaskan kembali bahwa Sila Kedua Pancasila menjanjikan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.

Caleg Banteng lain yang kreatif dalam kampanyenya adalah Emi Sulyuwati, Caleg DPR RI Dapil Lampung II. Ia membuat konten kreatif berupa video film silat pendek. 

Uniknya, video berdurasi 2.58 menit itu  menggunakan setting lawas ala Wiro Sableng. Judulnya adalah Pendekar Kerudung Merah. Pendekar Kerudung Merah diperankan sendiri oleh Emi sebagai tokoh utama.

Dalam film pendek tersebut, Emi menggunakan pakaian dan kerudung serba merah menyala, warna yang sudah menjadi identitas PDI Perjuangan. Di awal cerita, Emi yang menutupi wajahnya dengan kerudung terlihat sedang berbicara dengan gurunya di padepokan. Mereka membicarakan situasi di negeri ini yang semakin tidak nyaman karena intoleransi dan  berita hoax. 

Sang guru pun kemudian menjelaskan bahwa sudah saatnya dia mengabdi ke masyarakat. “Jadilah mata dan telinga bagi mereka agar kau memahami apa yang menjadi kebutuhan rakyat. Jadilah wakil rakyat melalui dapil Lampung II. Bawalah Lampung II menjadi lebih maju dan lebih baik,” titah sang guru.

Yang jelas, seluruh Caleg Banteng melakukan kampanye dengan santun dan berkeadaban. Tidak ada ujaran kebencian, politik SARA, apalagi saling sikut sesama caleg PDI Perjuangan. Dan yang utama ialah, para Caleg PDI Perjuangan selalu tertawa dan menangis bersama rakyat.

Quote