Ikuti Kami

Koster Akui Tangan Dingin Prananda Prabowo di PDI Perjuangan

Lelaki yang kerap dipanggil Mas Prana atau Mas Nanan ini memang pribadi yang pendiam dan tidak suka publikasi. 

Koster Akui Tangan Dingin Prananda Prabowo di PDI Perjuangan
Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali I Wayan Koster.

Denpasar, Gesuri.id – Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali I Wayan Koster mengakui tangan dingin Prananda Prabowo berhasil mengantarkan partai berlambang banteng dan Jokowi meraih kemenangan di Pemilu 2019.

Slogan ‘Satu Jalur, Satu Komando’ yang digaungkan Koster dan elite-elite PDI Perjuagan Bali yang secara psikologis berhasil mengikat dan meneguhkan soliditas para kader. 

Baca: Di Tangan Prananda Prabowo PDI Perjuangan Menang di Udara

Slogan itu mengingatkan bahwa keberhasilan dalam menjadikan kader PDI Perjuangan sebagai presiden, gubernur, bupati, dan kekuatan mayoritas di legislatif akan menciptakan satu jalur pemerintahan yang efektif.

“Kemenangan besar ini bukanlah hasil sebuah kerja instan. Butuh kerja keras bertahun-tahun untuk membangun soliditas dan loyalitas para kader. Dan selama tahun-tahun kerja keras itu PDIP Bali beruntung karena ada Mas Nanan yang selalu mendampingi kita,” ujarnya.

Mas Nanan yang disebut Koster itu adalah Prananda Prabowo, putra Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan cucu Proklamator Ir Soekarno. Prananda saat ini menjabat sebagai Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Ekonomi Kreatif.

Di luar jajaran kader PDI Perjuangan, tak banyak yang mengenal sosok Prananda Prabowo. Lelaki yang kerap dipanggil Mas Prana atau Mas Nanan ini memang pribadi yang pendiam dan tidak suka publikasi. 

Nanan memilih bekerja dalam hening, berkeliling ke berbagai kota di Indonesia untuk merawat ‘pohon’ ideologis Marhaen partai yang benihnya dulu disemai oleh sang Kakek.

Di kalangan kader PDI Perjuangan, Nanan adalah sosok yang tak hanya dihormati tetapi juga disayangi. Pengetahuannya yang mendalam tentang ajaran dan pidato-pidato Bung Karno membuatnya menjadi mata air rujukan bagi para pemikir PDI Perjuangan, termasuk Ibunda-nya sendiri. Nanan adalah ‘sparring partner’ diskusi bagi Megawati Soekarnoputri, sekaligus penulis utama pidato-pidato sang Ketua Umum.

“Pengetahuannya luas. Kalau di depan Mas Nanan itu para kader kerap terkagum-kagum karena beliau mampu menguraikan topik itu dengan rinci dan detil,” tutur Koster sambil tertawa.

Meski memiliki pengetahuan yang mendalam, Nanan dikenal sebagai sosok yang rendah hati dan santun, apalagi saat berjumpa dengan kader-kader senior yang setia mendampingi Megawati saat PDI Perjuangan melewati masa-masa sulit di zaman Orde Baru. 

Kombinasi rasa hormat dan rasa sayang yang ditunjukkan para kader inilah yang membuat Nanan menempati posisi istimewa dalam transformasi PDI Perjuangan menjadi partai terbesar di Indonesia. 

Kehadirannya di tengah-tengah para kader akar rumput tidak pernah dimaknai sebagai kehadiran otoritatif ‘pejabat’ DPP di daerah, melainkan sebagai kehadiran bersahaja seorang kakak ideologis.

Bali merupakan salah satu tempat yang paling sering merasakan kehadiran kakak ideologis itu. Nanan memang menempatkan Bali sebagai sebuah tempat yang istimewa. 

Baca: Tangan Dingin Prananda Prabowo Warisi Karisma Bung Karno

Tidak hanya karena Bali adalah tanah kelahiran nenek buyutnya, tetapi juga karena sejarah panjang kesetiaan Bali pada ideologi nasionalis yang diusung kakek dan ibunda-nya.

Bali, dalam perspektif Nanan, adalah ‘laboratorium’ ideologis PDIP, tempat di mana keberpihakan PDIP pada wong cilik dan Tri Sakti —Berdaulat di Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi, Berkepribadian di Bidang Kebudayaan— dimanifestasikan dalam berbagai kebijakan publik oleh kader-kader PDIP yang menjadi anggota dewan maupun kepala daerah.

Quote