Ikuti Kami

Mega-Prabowo Bertemu, Deddy: Mallarangeng Penuh Prasangka

Sebagai elite politik partai, Alfian Malarangeng seharusnya bisa menjaga perkataannya agar tidak terkesan ngawur dan ngasal.

Mega-Prabowo Bertemu, Deddy: Mallarangeng Penuh Prasangka
Prabowo Subianto, Megawati Soekarnoputri dan Puan Maharani saat bertemu di Istana Kepresidenan, Rabu (18/11). (foto: @puanmaharani)

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Fraksi PDI Perjuangan Dapil Kalimantan Utara Deddy Yevri Sitorus menilai pernyataan Andi Alfian Mallarangeng soal pertemuan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo Subianto, penuh prasangka, sangat tidak etis dan childish (kekanak-kanakan, red).

Sebagai elite politik partai, Alfian Malarangeng seharusnya bisa menjaga perkataannya agar tidak terkesan ngawur dan ngasal.

Baca: Surya Paloh Dukung Jokowi 3 Periode? Wajar Saja Jika..

Menurutnya, pertemuan Ibu Megawati dengan Prabowo hanyalah sebuah kebetulan belaka saat seremoni pelantikan Panglima TNI. 

"Coba Bung Andi itu mikir, memangnya kedua tokoh itu kekurangan tempat untuk bertemu, sehingga harus menggunakan istana untuk membicarakan masalah internal?," ujar Deddy. 

Sebagai seorang intelektual, lanjutnya, seharusnya Alfian Malarangeng punya imajinasi dan nurani yang baik, bukan membuat keonaran seolah-olah kedua tokoh itu memakai ruang istana untuk kepentingan partai.

Sebab, ujar Deddy, pertemuan spontan itu sifatnya silaturahmi dan merupakan hal yang wajar saja memanfaatkan waktu untuk sekedar saling sapa. "Sebagai tokoh politik nasional, hal yang lumrah saja mereka membicarakan sambil lalu kondisi politik dan kebangsaan terkini," tandasnya. 

"Apalagi keduanya sama-sama intens terlibat belakangan ini dalam kaitannya dengan Universitas Pertahanan, meski hanya melalui aplikasi zoom," tambahnya. 

Anggota Fraksi PDI Perjuangan Dapil Kalimantan Utara Deddy Yevri Sitorus.

Jadi, Deddy mengatakan wajar saja sebagai orang timur menyempatkan diri untuk bersilaturahmi saat bertemu muka, sebab kedua tokoh ini orang yang mengerti adab yang baik layaknya orang Timur.

"Saya khawatir, publik akan menilai tudingan Andi Alfian Mallarangeng ini merujuk pada kebiasaan pribadinya. Yakni saat dia menjadi elite berkuasa di era pemerintahan Pak SBY," kata Deddy menekankan.  

"Publik bisa berpikir begini kan, “Jangan-jangan dulu Andi sering melakukan pertemuan-pertemuan yang kemudian jadi kasus hukum? Publik bisa menduga-duga berbagai kasus yang terjadi di pemerintahan lalu, apa juga dibahasnya di istana? Publik juga tahu kalau Alfian Malarangeng kan pernah dipenjara karena kasus korupsi Hambalang. Kan bisa begitu. Jadi karena dia dulu begitu, seenaknya melakukan apapun di Istana, sekarang menuduh orang lain melakukan hal yang sama. Itu yang saya khawatir kini dipikirkan oleh masyarakat khususnya Netizen," jelasnya.

Deddy menegaskan hal Ini harus diklarifikasi oleh Andi Alfian Mallarangeng. "Jika bukan karena alasan itu, Saya khawatir pernyataan Andi Alfian ini murni prasangka buruk atau ingin menuai simpati publik," ujarnya.

Baca: Sabotase? Ahok Heran Tanki Tebal Pertamina Bisa Kena Petir 

Deddy menambahkan mungkin Andi Alfian Malarangeng harus piknik di google untuk memastikan bahwa di masa pemerintahan SBY tidak pernah melakukan pertemuan politik atau dengan tokoh politik di Istana Negara. Jangan sampai nanti dipermalukan oleh netizen ketika kebenaran terungkap.

"Bayangkan Bu Mega dan Pak Prabowo itu seperti saat anda menghadiri pesta lalu bertemu orang yang anda kenal dan hormati, otomatis nyari tempat buat ngobrol kan? Tempat pertemuan juga bukan ruang rahasia dan di ruang pertemuan itu juga ada petugas istana hilir mudik melayani. Jadi tudingan Andi Mallaranget itu menurut saya gegabah dan tidak etis," pungkasnya.

Sebelumnya diketahui, eks Juru Bicara Presiden era pemerintahan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Andi Mallarangeng mengatakan, pertemuan politik kepartaian sebaiknya tidak dilakukan di Istana Kepresidenan. 

Menurut Andi, SBY tidak pernah menggelar pertemuan partai politik di Istana Negara ataupun Istana Merdeka pada saat SBY menjabat sebagai kepala negara. 

 

Quote