Ikuti Kami

RPG Beberkan Bung Karno Pernah Berkecimpung di Jurnalistik

Menurut RPG, Soekarno dalam tulisannya kerap menggunakan nama pena.

RPG Beberkan Bung Karno Pernah Berkecimpung di Jurnalistik
Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sulawesi Selatan (Sulsel) Rudy Pieter Goni (RPG).

Makassar, Gesuri.id - Sekretaris DPD PDI Perjuangan Sulawesi Selatan (Sulsel) Rudy Pieter Goni (RPG) mengungkapkan sosok Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno pernah berkecimpung di dunia jurnalistik. 

Menurut RPG, Soekarno dalam tulisannya kerap menggunakan nama pena.

Baca: Bung Karno dan Tahun Vivere Pericoloso

"Di dalam tulisannya, selain menggunakan namanya sendiri, Soekarno sering menggunakan nama pena Bima dan Soemini," kata RPG menggelar diskusi bersama kalangan media dan organisasi kepemudaan di Upnormal Cafe Jalan A Djemma, Kota Makassar, Selasa (1/6). 

Diskusi diadakan bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila.

Diskusi itu mengangkat tema “Pancasila tak lekang oleh waktu”. Diskusi ini juga menghadirkan Sekretaris DPD BMI Sulsel, Raisuljaiz.

Menurut RPG, tulisan Soekarno banyak terbit di Oetoesan Hindia. Bung Karno kata Rudy juga sering menulis di Soeloeh Indonesia dan Persatuan Indonesia.

Sementara itu, Raisuljaiz dalam pemaparannya lebih menekankan narasi yang sering dibangun oleh anti Soekarno. Di mana seolah-olah pada saat sidang BPUPK tanggal 1 Juni 1945, Soekarno hanya menawarkan konsep Trisila dan Ekasila.

Sementara dalam fakta sejarah kata Raisul, dijelaskan bahwa di dalam pidatonya, Bung Karno menawarkan Pancasila dengan sila-sila yaitu kebangsaan, internasionalisme, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial dan ketuhanan.

Baca: Hari Lahir Pancasila, Pemikiran dan Pandangan Bung Karno

"Kalau Pancasila ini terasa berat, maka kita bisa peras menjadi Trisila, yakni sosio nasionalisme, sosio demokrasi dan ketuhanan yang berkebudayaan, dan kalaupun ini terasa berat maka kita memakai ekasila yakni gotong royong," ucap Rais yang juga mantan Ketua Cabang PMII dan Sekretaris GP Ansor Kota Makassar ini.

Lebih lanjut Rais mengemukakan tantangan Pancasila, di mana hasil riset yang pernah dirilis LSI tahun 2018, ada sekitar 13,2% masyarakat Indonesia menginginkan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara diganti menjadi NKRI bersyariat.

"Ini menjadi tantangan tersendiri buat kita semua," terang Rais.

Quote