Ikuti Kami

Utut: Perkuat Olahraga, Perlu 'Training Center' Terpadu

Olahraga adalah sendi kehidupan yang tak bisa dipercepat dan diakselerasi, melainkan lewat proses.

Utut: Perkuat Olahraga, Perlu 'Training Center' Terpadu
Wakil Ketua DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Utut Adianto.

Palembang, Gesuri.id – Perhelatan Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang seolah menjadi penanda kemajuan olahraga di Tanah Air.

Baca: Utut Buka Turnamen Catur Aktivis Lintas Generasi

Terakhir kali Indonesia menjadi tuan rumah event olahraga terbesar di Asia ialah 56 tahun silam, atau tepatnya pada tahun 1962.

Kini, kesempatan itu kembali datang dengan digelarnya Asian games ke-18 mulai 18 Agustus hingga 2 September 2018.

Ekspektasi pun muncul dari berbagai pihak terhadap prestasi olahraga Indonesia yang diharapkan menjadi salah satu kekuatan dunia, salah satunya grandmaster catur dunia asal Indonesia, Utut Adianto.

“Kalau kita ingin kuat di olahraga, kita harus punya training center terpadu,” kata Utut saat mengunjungi Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, Senin (20/8).

Ia pun mengaku senang dapat melihat langsung dan berkeliling komplek olahraga terpadu di JSC yang menggelar pertandingan 13 cabang olahraga (cabor) di Palembang.

Selain faktor sarana dan prasarana, Utut juga menyoroti Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang olahraga yang menurutnya harus memiliki kompetensi sangat baik.

“Sebagai training, percontohan atlet kita, tinggal dipikirkan untuk mendatangkan atlet-atlet kelas dunia, top player. Mendatangkan pelatih yang (lisensinya) menengah dan pratama untuk melatih atlet layer 1 dan layer 2,” kata Utut.

Untuk pengembangan bakat atlet di Indonesia, Utut menilai ketekunan dan kedisiplinan yang kuat dari para atlet sangat dibutuhkan untuk mendongkrak prestasi olahraga nasional.

“Sebetulnya, salah satu yang kurang (pada atlet) yaitu ketekunan dan disiplin. Itu yang sekarang kita tidak punya. Tidak bisa (olahraga) kita bergerak maju tanpa ketekunan,” paparnya.

Bagi Utut yang juga wakil Ketua DPR RI Fraksi PDI Perjuangan itu, olahraga adalah sendi kehidupan yang tidak bisa dipercepat dan diakselerasi , melainkan lewat proses.

“(Prestasi) olahraga tidak bisa cepat. Otot perlu dilatih, otak, kecerdasan, emosi, itu kan perlu waktu. Olahraga tidak bisa cepat dan itu problem, ” ungkapnya.

“Dan orang tidak sabar, atlet tidak sabar, pelatih tidak sabar. Orang-orang di luar juga tidak sabar dan tidak tahu tingkat kesulitan menjadi atlet,” imbuhnya.

Bicara proses menjadi seorang atlet atau bahkan olimpian seperti dirinya, Utut mengaku mulai bermain catur di usia 7 tahun. Bakat itu terus ia asah dengan tekun sedari kecil.

“Saya pertama kali main catur tahun 1972, pertama kali ke luar negeri mengikuti kejuaraan catur tahun 1979. Saya menekuni catur bangun jam 6 sampai jam 8 pagi latihan. Setelah itu berangkat sekolah,” kata pria kelahiran 16 Maret 1965 ini.

Baca: Emas Keenam dari Paralayang Penuhi Harapan Presiden

Menghabiskan masa remaja saya di “papan catur”, bagi Utut, menjadi olahragawan adalah pilihan sulit. Lebih dari sekadar uang untuk mengembangkan olahraga, Utut menilai Indonesia memerlukan orang-orang tekun, disiplin dan ikhlas membangun prestasi olahraga nasinal.

“Contohnya pelatih ikhlas jatuh bangun bersama atletnya. Kita membutuhkan pelatih yang menekuni kemajuan atletnya sampai mana. Sehingga porsi latihan atlet ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan, dan sebagainya,” pungkas Utut.

Quote