Ikuti Kami

Bintang Puspayoga: Jutaan Anak Indonesia Belum Merasakan Negara Hadir Melindungi Hak-Hak Anak

Empat hak dasar anak yaitu hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan, dan hak partisipasi, adalah amanat konstitusi dan peradaban. 

Bintang Puspayoga: Jutaan Anak Indonesia Belum Merasakan Negara Hadir Melindungi Hak-Hak Anak
Hari Anak Keuskupan Agung Jakarta di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD dengan tema Anak Indonesia: Cinta Tuhan, Sesama dan Alam Semesta. 

Jakarta, Gesuri.id - Menteri PPPA 2019-2024 yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan bidang perempuan dan anak, Bintang Puspayoga, diundang khusus dalam kegiatan Hari Anak Keuskupan Agung Jakarta, Sabtu (15/11), di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD dengan tema Anak Indonesia: Cinta Tuhan, Sesama dan Alam Semesta. 

Kegiatan tersebut dihadiri pula oleh Kardinal Ignatius Suharyo, ketua steering kommite acara HA HAJ Rm. V. Adi Prasojo, Fr Enzo Fortunato dan Najwa Shihab.

Kegiatan yang dikemas dalam dialog interaktif anak dengan Romo dan para hadirin ini bertujuan untuk mendengar suara anak dan melibatkan anak dalam berbagai aktifitas bermasyaraakat, berbangsa dan bernegara. 

Kegiatan ini juga menampilkan atraksi interaktif dan game yang diikuti anak dari tingkatan Sekolah Dasar/SD, SMP, dan SMA. Bintang Puspayoga memberikan apresiasi yang tinggi dan selamat kepada anak-anak yang sudah tampil berani dan percaya diri.

Dalam kesempatan ini pula Bintang Puspayoga selaku Ketua DPP Bidang perempuan dan anak, menyampaikan pesan-pesan dan pernyataan sikap/pandangan dalam rangka memperingati hari anak sedunia yang jatuh pada tanggal 20 November 2025.  

"Bagi PDI Perjuangan “Anak-Anak Adalah Cermin Masa Depan Bangsa”, kita meyakini bahwa perjuangan hari ini bukan hanya di medan tempur fisik, tetapi juga di ranah yang senyap: melindungi anak-anak kita dari kekerasan, pengabaian, dan ketidakadilan," ujarnya.

Hari ini, lanjutnya, jutaan anak Indonesia belum benar-benar merasakan bahwa negara hadir melindungi hak-haknya. Padahal, empat hak dasar anak yaitu hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan, dan hak partisipasi, adalah amanat konstitusi dan peradaban. 

Bintang mencontohkan berbagai peristiwa menimpa anak terus terjadi, antara lain: Bullying di sekolah merupakan ancaman nyata bagi anak. 

"Akibatnya pun makin serius. Kita mendengar kasus anak bunuh diri karena diintimidasi, sedang sekolah melepaskan tanggung jawab," ungkapnya.

Anak-anak menjadi korban adiksi gawai (gadget). Mereka terpapar konten seksual, menjadi objek seksual, dan bahkan harus berhadapan dengan hukum karena pelanggaran yang mereka tidak pahami.

Sementara di ranah daring, belum ada peta jalan (roadmap) yang jelas dalam melindungi anak-anak dari kejahatan digital.

"Ini menjadikan masalah anak, darurat kebangsaan," tandasnya.

Untuk itu dalam peringatan Hari Anak sedunia ini kami PDI Perjuangan  berpandangan, pertama, dengan Ketiadaan payung hukum yang kuat tentang pengasuhan anak, maka kami mendesak lahirnya regulasi tentang pengasuhan berbasis hak anak, yang melindungi dari kekerasan fisik, verbal, ekonomi, dan digital.

Kedua, dengan perlindungan anak yang masih terfragmentasi dan masih di kalangan terbatas, maka para orang tua, ibu, dan perempuan perlu membangun kerjasama kuat dengan berbagai lembaga perlindungan anak seperti KPAI, Kemendikbudristek, Kemkominfo untuk menggiatkan edukasi kepada anak-anak kita lebih masif lagi tentang perlunya menjaga bagian tubuh agar tidak disentuh; memberi pemahaman sederhana tentang penggunaan gadget; dan melakukan pembatasan penggunaan gawai bagi anak-anak.

Ketiga, hingga saat ini anak-anak tidak punya tempat aman berbicara. Untuk itu mari kita buka mata hati selebar lebarnya berbagi keluhan dan cerita dengan para keluarga, para orang tua, sekolah, hingga perangkat desa untuk bersama menciptakan rasa aman pada anak-anak kita.

Keempat, demikian pula hingga saat ini layanan rehabilitasi psikososial berbasis komunitas masih sangat terbatas. Padahal masyarakat lah pilar utama kesejahteraan anak dan keluarga.

Untuk itu, Bintang mengajak perluas dan galakkan program jemput bola dari puskesmas dan psikolog sekolah, untuk semakin mengurangi gejala depresi dan kegelisahan pada anak akibat kecanduan gawai.

"Kita masih kerap menjumpai para ibu dengan polosnya memberikan ponsel pada anak usia balita. Masih banyak guru yang menormalisasi kekerasan verbal dan fisik sebagai “pendisiplinan.” Masih banyak anak yang menangis dalam diam, dan akhirnya diam untuk selamanya. Ini tidak boleh diteruskan," bebernya.

Ia menekankan anak bukan hanya milik orang tua, mereka adalah milik bangsa.

"Karenanya mari bergerak bersama untuk melindungi anak-anak kita. PDI Perjuangan, melalui Bidang Perempuan dan Anak, menyerukan agar semua pihak bergerak membangun dunia yang lebih ramah, adil, dan aman bagi anak-anak. Karena setiap anak yang tumbuh sehat, gembira, dan cerdas, adalah perpanjangan dari masa depan Indonesia yang berdaulat dan berkeadaban. Selamat Hari Anak Sedunia. Lindungi Anak, Lindungi Masa Depan Bangsa. Salam Pancasila. Merdeka!" pungkasnya.

Quote