Jakarta, Gesuri.id - Pertunjukan teater-musik bertajuk Imam Al-Bukhari dan Sukarno bakal dipentaskan di Balai Budaya Surabaya, Jumat (27/6) malam.
Pertunjukan ini mengangkat kembali kisah diplomasi penting Presiden Sukarno saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Uzbekistan pada era 1950-an, tepatnya ke makam Imam Bukhari di Samarkand.
Kunjungan tersebut tidak hanya mempererat hubungan Indonesia dengan dunia Islam, tetapi juga menegaskan posisi politik luar negeri Indonesia di tengah ketegangan Perang Dingin, usai pertemuan bersejarah Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung.
Baca: Zaini Dukung Kreativitas Anak Muda Dalam Memodifikasi Motor
“Pementasan Imam Al-Bukhari dan Sukarno ini untuk memperingati Bulan Bung Karno. Lewat pementasan ini membuat semakin paham posisi Bung Karno di mata Islam,” ujar Ketua Bidang Kebudayaan PDI Perjuangan, Rano Karno, saat konferensi pers di Hotel Majapahit, Surabaya, Jumat (27/6).
Sebagai pertunjukan kolaboratif, Imam Al-Bukhari dan Sukarno menghadirkan elemen teater modern, musik klasik dan tradisional Indonesia-Uzbekistan, lagu nasional, untaian zikir, serta film dokumenter.
Para aktor memerankan kembali tokoh-tokoh sejarah seperti Sukarno dan Presiden Uni Soviet saat itu, Nikita Khrushchev, dengan dukungan elemen visual dan musik yang menghidupkan narasi sejarah.
Pentas ini bukan sekadar pertunjukan seni, tetapi juga bentuk rekonstruksi sejarah atau historical reenactment dan teater arsip yang menjembatani masa lalu dengan konteks kekinian.
Restu Imansari Kusumaningrum dari Bumi Purnati Indonesia mengungkapkan bahwa dalam pementasan nanti, akan disuguhkan tokoh ibu yang bercerita bagaimana melihat sosok Sukarno.
“Dia berjalan, merangkak di dalam kegelapan menuju satu tempat yang tidak tahu itu apa. Ternyata itu kuburan. Nanti kita juga akan membawakan itu dengan dzikir dengan orkestra,” ungkap Restu.
Baca: BMI DKI Gelar Soekarno Padel Cup 2025 untuk Perkuat Nasionalisme
Dengan memadukan unsur seni peran, dokumentasi sejarah, dan nuansa religius dua bangsa, pentas ini menghadirkan kembali semangat diplomasi budaya era Sukarno kepada generasi masa kini.
Pertunjukan ini juga menandai pentingnya kesenian sebagai alat diplomasi sekaligus pengingat identitas dan jati diri bangsa dalam percaturan global.
Sebagai informasi, acara ini digagas oleh DPP PDI Perjuangan Bidang Pariwisata dan Kebudayaan bekerja sama dengan Yayasan Taut Seni dan diproduksi oleh Bumi Purnati Indonesia.