Ikuti Kami

Lestarikan Tari Tradisional, Imam Fokus Melatih Anak Muda

“Kita memang fokus pada tari etnis mataraman, gaya Solo. Dan itu termasuk jenis tari klasik”.

Lestarikan Tari Tradisional, Imam Fokus Melatih Anak Muda

Ngawi, Gesuri.id - Pengurus Badan Kebudayaan Nasional (BKN) DPC PDI Perjuangan Ngawi, Imam Joko Sulistyo yang juga seniman dan memiliki sanggar tari Suryo Budoyo, memiliki perhatian serius untuk melatih generasi muda dengan tari tradisional.

Baca: New FPI ke Permukaan? Kapitra: Penuhi Dulu Asas Ormas 

“Kita memang fokus pada tari etnis mataraman, gaya Solo. Dan itu termasuk jenis tari klasik,” katanya kepada pdiperjuangan-jatim, Senin (11/10).

Menurutnya, di tengah arus globalisasi, makin banyak generasi muda yang mulai melupakan budaya bangsa. Ia melihat ada gejala sebagian besar generasi muda ini menyukai budaya impor demi mengejar tren dan gaya.

Kendati demikian, lanjutnya, Kabupaten Ngawi beruntung memiliki banyak budayawan dan seniman yang masih konsisten nguri-uri budaya pun melestarikan seni dan budaya kepada generasi masa kini.

Imam menuturkan sangar tari Suryo Budoyo yang dibentuk pada tahun 2005, memang fokus melatih anak-anak muda. Lebih khusus bagi anak usia sekolah dasar, menengah, hingga remaja.

Terkait anak muda sebagai sasaran peserta tari di sanggarnya, ia memiliki misi khusus. Yakni, ia ingin anak-anak Ngawi, setelah dewasa nantinya bisa berbudaya dengan pernah berlatih, dan belajar kebudayaan, khususnya pada seni tari.

“Untuk melestarikan budaya kita, karena budaya kita itu luar biasa. Seperti yang dikatakan Raja Mataram, rum kuncaraning bangsa, gumantung ana ing budaya (kebesaran suatu bangsa bergantung terhadap budayanya, red),” jelasnya.

“Kalau kita mau nguri-uri budaya, melestarikannya, kita pasti akan menjadi bangsa yang maju. Sudah banyak negara maju, tapi tetap melestarikan budayanya,” tambah Imam.

Baca: Arteria Desak Investigasi Lanjutan Transaksi Narkoba Rp120 T

Saat ini, Imam memiliki 100 lebih anak murid. Anak-anak ini berasal dari berbagai wilayah di Kabupaten Ngawi. Pelatihan tari di sanggar milik Imam biasa digelar setiap hari Senin hingga Sabtu. Waktu pelaksanaannya, mulai pagi hari, siang dan sore, bergantung pada kelas yang diikuti siswa.

Sementara untuk tari yang diajarkan, kreator tari Reco Banteng itu mengatakan, kebanyakan tari klasik dari Jawa Tengah.

“Untuk anak cewek biasanya, Bondan, Golek, Gambyong, Gambir Anom. Untuk cowok, tari Kuda-kuda, Wanoro, kiprah ratu sewu, pedang tameng. Tujuan saya untuk melestarikan budaya kita,” ujarnya. Dilansir dari pdiperjuanganjatim.

Quote