Ikuti Kami

My Esti Nangkring Bersama Tiga Milenial Istimewa

Bercerita tentang hal yang sangat dekat dengan keseharian seluruh anak bangsa untuk saat ini, yaitu pandemi Covid-19.

My Esti Nangkring Bersama Tiga Milenial Istimewa
Anggota Komisi X DPR RI My Esti Wijayati mengundang kaum millenial untuk "nangkring"  sambil ngobrol santai, di Joglo Cemara, Sleman, baru-baru ini. (Foto: Istimewa0

Sleman, Gesuri.id - Anggota Komisi X DPR RI My Esti Wijayati mengundang kaum millenial untuk "nangkring"  sambil ngobrol santai, di Joglo Cemara, Sleman, baru-baru ini.

Kaum milenial berdiskusi dengan Politikus PDI Perjuangan tersebut, tentang hal yang sangat dekat dengan keseharian seluruh anak bangsa untuk saat ini, yaitu pandemi Covid-19.

Baca: My Esti Bagikan APD Covid ke Warga Gunungkidul

"Beberapa mungkin sudah capek membahas hal ini, seolah-olah ini rutinitas harian kita semua. Tapi hal itu ada, menjadi satu dengan kehidupan kita sehari-hari," ujar My Esti.

Anggota DPR Dapil Daerah Istimewa Yogyakarta ini melanjutkan, obrolan ini santai, namun mengena. Karena dirinya dan tim membalut obrolan itu dengan nuansa live musik santai dan diskusi ringan.

My Esti pun mengundang dua dokter muda untuk menjadi pembicara. Dua dokter muda ini masih berusia sangat muda yakni 24 tahun, yakni dokter Vita dan dokter Michelle. 

"Kenapa sih kok dokter muda yang diundang? Biar kami dekat sama para millenial dong," ujar Esti.

Tentang dokter Vita, lanjut Esti, diusianya yang masih muda sudah mengabdikan diri untuk masyarakat dan memilih daerah diluar Jawa yang  jauh dari akses  listrik, internet maupun jalan beraspal. 

"Tentu bukan hal yang mudah diusia semuda ini dilepas ke daerah yang jauh dari perkembangan," ujar Esti

Sedangkan dokter Michelle, kisahnya pun tidak kalah patriotik. Dokter Michele terjun langsung sebagai relawan di Wisma Atlit. 

"Sewaktu dr Michelle bertugas, pasien ada sekitar 600-an yang kemudian turun hingga 500-an. Kondisi tidak mudah menyelimuti dokter muda ini ketika bertugas. Kostum hazmat yang dikenakannya tentu sangat menyiksa baik dari sisi fisik maupun emosi. Harus menahan segala keinginan hingga urusan kekamar mandi, selama 8 jam," ungkap Esti.

Baca: My Esti Beri Bantuan Beras Pada Warga Sleman

Esti melanjutkan, yang dokter Michelle alami tidak berhenti disitu saja.  Ketika dokter Michelle sudah tidak bertugas di Wisma Atlit, kondisi di masyarakat  memasuki masa transisi ke New Normal, yang justru membuat masyarakat terlena.

Wisma Atlit pun kembali menampung pasien diatas 1000 pasien.

"Sungguh diluar perhitungan, segala upaya yang sudah dikerahkan untuk membantu masyarakat hingga upaya untuk menyadarkan masyarakat bahwa penyakit dan virus ini ada, justru hal yang dianggap biasa- biasa saja," ujar Esti. 

"Nah masihkah kita mau bersikap abai atau bahkan mau ikut-ikutan gerakan tanpa masker?" tambahnya. 

Dalam acara ngobrol santai itu, hadir juga Dukuh Muda di salah satu desa di Tempel, Sleman bernama Aisyah.
Aisyah turut membagi pengalamannya selama pandemi ini.

"Dalam usia semuda ini, Bu Aisyah sudah harus berhadapan dengan warga masyarakat dengan usia yang jauh lebih tua darinya. Mulai dari warga yang marah kenapa tidak dapat BST hingga warga yang menuduh Bu Dukuh muda ini pilih kasih ketika menentukan pilihan siapa yang berhak mendapatkan BST," ujar Esti.

Namun, lanjut Esti, Aisyah ternyata memiliki "jurus-jurus" jitu dalam menentramkan warga. Salah satunya dengan mengajukan database kepada warga yang merasa menuntut atas haknya, serta menjelaskan penyebab ada warga yang mendapat BST dan  ada warga yang tidak dapat.

Berkutat dengan data memang bukanlah hal yang baru untuk Aisyah. Sebab dulu Aisyah adalah  seorang sales, sebelum dilantik menjadi Dukuh.

"Dari 3 profil para pemuda diatas, terungkap bahwa mereka memilih jalur hidup yang berbeda diantara anak muda lainnya. Mereka memilih untuk mengabdikan dirinya ketimbang bersenang-senang dan hura-hura," ujar Esti.

Quote