Ikuti Kami

Ngabuburit, Pelukis Difabel Ramaikan AKARA Banteng Yogya

Sadikin Pard (53), seorang pelukis asal Malang, Jawa Timur yang tampak sibuk menggoreskan kuas ke dalam kavas menggunkan kakinya.

Ngabuburit, Pelukis Difabel Ramaikan AKARA Banteng Yogya
Sadikin Pard (53), seorang pelukis asal Malang, Jawa Timur yang tampak sibuk menggoreskan kuas ke dalam kavas menggunkan kakinya.

Yogyakarta, Gesuri.id - Seorang pelukis difabel bersama Belasan seniman melukis bareng di sembari menunggu waktu berbuka puasa di Kantor DPD PDI Perjuangan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Sadikin Pard (53), seorang pelukis asal Malang, Jawa Timur yang tampak sibuk menggoreskan kuas ke dalam kavas menggunkan kakinya. Bahkan, sesekali pria yang tidak dikaruniai kedua lengan ini menggunakan kaki dan dadanya untuk menuangkan cat ke dalam kanvas.

Baca: Ahok Bilang Begini Soal Jabatan Menteri Investasi

Sadikin mengatakan bahwa dia sudah sejak lama menyukai seni lukis. Oleh sebab itu, keterbatasan fisik tidak menghalanginya untuk berkarya.

"Saya suka melukis dari TK, saya TK di Solo," ucapnya saat ditemui di Kantor DPD PDI Perjuangan DIY, Jalan Tentara Rakyat Mataram No.47, Kalurahan Bumijo, Kemantren Jetis, Kota Yogyakarta, Sabtu (17/4).

Menurutnya, melukis dengan kaki sebetulnya sama dengan menggunakan tangan. Dia mengibaratkan hal itu karena tidak memiliki tangan untuk melukis seperti orang kebanyakan.

"Sebetulnya keterbatasan fisik bukan halangan rintangan, seperti saya tidak punya tangan jadi untuk aktivitas saya sehari-hari pakai kaki," ujarnya.

"Jadi sudah terbiasa, dan memang saya (aliran melukisnya) impresionis, dulu naturalis mungkin bosan karena faktor umur juga akhirnya impresionis. Alasannya mungkin karen lebih cepat dan hasil lebih memuaskan ya," lanjut Sadikin.

Menyoal karyanya hari ini, dia menggambar 2 ekor ayam jago yang sedang beradu. Hal itu menggambarkan di Indonesia masih banyak yang saling adu mengadu.

"Ini saya melukis adu ayam, semangat. Kenapa ayam? Karena sesuatu yang diadu di masyarakat kita kebanyakannya ayam. Jadi ini hanya suatu gambaran atau filosofi saja," katanya.

Di sisi lain adu ayam adalah simbol agar setiap manusia selalu semangat dalam memperjuangkan apa yang menjadi tujuannya.

"Bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini harus diperjuangkan dengan jerih payah dan semangat yang luar biasa. Karena tanpa perjuangan tak akan ada kesuksesan yang kita dapatkan," ucapnya.

Sedangkan untuk menyelesaikan karyanya berjudul 'Adu Ayam', Sadikin mengaku membutuhkan waktu 25 menit. "Untuk waktunya membuat ini tadi sekitar 25 menit," ujarnya.

Terlepas dari hal tersebut, Sadikin ingin agar kaum difabel tidak minder dan tetap bersemangat dalam hal apapun khususnya dalam berkarya. Karena keterbatasan fisik, menurutnya bukanlah kekurangan melainkan suatu kelebihan.

"Untuk kaum difabel jangan patah semangat walaupun ada kekurangan, kekurangan itu bukan halangan atau rintangan tapi jadi suatu kelebihan. Seperti yang saya lakukan ini pakai tubuh adalah suatu kelebihan meski realisasinya saya tidak punya tangan," ucapnya.

"Semoga selalu semangat dan jangan pernah dibelaskasihani orang lain, berikanlah kasihan kepada orang-orang. Selain itu profesi melukis bukan profesi yang miskin. Bukan profesi yang hina tapi derajatnya luar biasa," imbuh Sadikin.

Sementara itu, Sekretaris DPD PDI Perjuangan DIY Totok Hedi Santosa mengatakan, bahwa ada 11 perupa Yogyakarta melukis bersama di Kantor DPD PDI Perjuangan DIY. Dalam waktu yang terbatas, sekitar dua jam, para perupa akan menuangkan gagasannya melalui melukis on the spot dalam acara bertajuk Memotret Yogyakarta Kini.

"Selain ngabuburit, ini merupakan pra event pameran seni rupa AKARA ini diikuti oleh Januri, Bambang Heras, Tjokorda, Wilman S, Sadikin, Rismanto, Suharmanto, Laksmi, Dyan Anggraini, dan Hadi Soesanto," katanya saat ditemui di Kantor DPD PDI Perjuangan DIY.

Baca: Perawat Dianiaya, Sari: Menindas Orang, Hukum Hingga Tuntas!

Oleh sebab itu, para pelukis yang terlibat dalam kegiatan ini juga terlibat dalam pameran lukisan AKARA yang akan digelar di Kantor DPD PDI Perjuangan DIY pada 5 sampai 30 Juni 2021. Semua itu dalam rangka memperingati bulan Bung Karno.

Ada 78 perupa di Yogyakarta yang terlibat dalam perhelatan seni ini. Sederet nama seniman kondang juga akan ikut memamerkan karyanya di kantor DPD PDI Perjuangan DIY, antara lain, Butet Kartaredjasa, Ong Hari Wahyu, Bambang Herras, Budi Ubrux, Bunga Jeruk, Agung Pekik, Laksmi Shitaresmi, Nasirun, Ugo Untoro, dan Putu Sutawijaya.

"Pameran lukisan AKARA sendiri digelar untuk memperingati bulan Soekarno. Karema bulan Juni menjadi salah satu bulan bersejarah dalam perjalanan bangsa Indonesia," ucapnya. Dilansir dari pdiperjuangansumut.

Quote