Ikuti Kami

Rokhmin Dahuri Serukan Aksi Kolektif Selamatkan DAS Cimanuk–Citanduy

Ia adalah ancaman hidup yang nyata, yang jika dibiarkan, bisa menggerus masa depan bangsa.

Rokhmin Dahuri Serukan Aksi Kolektif Selamatkan DAS Cimanuk–Citanduy

Indramayu, Gesuri.id – Siang itu, udara di Indramayu terasa panas dan kering. Di balik riuhnya acara Bimbingan Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Cimanuk–Citanduy, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri menyampaikan pesan yang membuat hadirin terdiam sejenak: Indonesia sedang berada di tepi krisis ekologis.

Bagi Rokhmin, Anggota DPR RI sekaligus akademisi yang lama bergelut dengan isu kelautan dan lingkungan, kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) bukan sekadar data statistik. Ia adalah ancaman hidup yang nyata, yang jika dibiarkan, bisa menggerus masa depan bangsa.

“Gagal menyelamatkan DAS, berarti kita sedang menggali kuburan bagi anak cucu kita sendiri,” tegas Rokhmin, suaranya bergetar dengan nada peringatan dikutip dari Monitor.co.id, Sabtu (6/9).

Pernyataan itu bukanlah retorika belaka. Data yang ia paparkan menunjukkan, sekitar 40.875 hektar lahan di DAS Cimanuk–Citanduy kini sudah masuk kategori kritis. Angka itu bukan hanya mencerminkan hutan yang hilang, melainkan juga hilangnya penyangga kehidupan bagi jutaan orang.

Kerusakan tersebut telah memberi dampak beruntun. Banjir bandang menerjang Garut dan Sumedang, kekeringan berkepanjangan melanda Indramayu dan Cirebon, sementara waduk-waduk strategis kian dangkal akibat sedimentasi.

“Ini bukan sekadar krisis ekologi, tapi juga ancaman sosial dan ekonomi nasional. Hutan dirusak, air hilang, rakyat menderita, dan negara bisa lumpuh,” ujar Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University itu, memberi gambaran betapa peliknya persoalan.

Rokhmin mengingatkan, penyelamatan DAS tidak bisa dilakukan setengah hati. Ia menekankan perlunya aksi kolektif lintas sektor: pemerintah, masyarakat, akademisi, hingga dunia usaha. Hanya dengan cara itu, kerusakan bisa dipulihkan secara bertahap.

Seruannya mencerminkan kegelisahan sekaligus harapan. Ia percaya, meski tantangannya besar, selalu ada ruang untuk perubahan jika ada kemauan bersama. “Kita tidak bisa lagi menunda. Setiap pohon yang ditanam, setiap lahan yang dipulihkan, adalah napas bagi generasi berikutnya,” pesannya.

Di tengah ancaman krisis iklim global, peringatan Rokhmin menjadi semacam alarm keras. Bahwa menjaga DAS bukan hanya soal melindungi lingkungan, tetapi juga menyelamatkan denyut kehidupan bangsa dari hulu hingga hilir.

Quote