Ikuti Kami

1 Juni Hari Lahir Pancasila: Usulan Megawati Disahkan Jokowi

Peringatan Hari Lahir Pancasila mengacu pada sejarah dicetuskannya Pancasila pada 1 Juni 1945 oleh Presiden Pertama RI, Soekarno.

1 Juni Hari Lahir Pancasila: Usulan Megawati Disahkan Jokowi
Ilustrasi. Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dan Presiden Jokowi.

Jakarta, Gesuri.id - Setiap tanggal 1 Juni, seperti hari ini, Senin (1/6), Bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila.

Peringatan Hari Lahir Pancasila mengacu pada sejarah dicetuskannya Pancasila pada 1 Juni 1945 oleh Presiden pertama RI, Soekarno, dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Namun, hari bersejarah tersebut sempat menuai polemik pada era kepemimpinan Presiden Soeharto di masa Orde Baru. Saat itu, ada upaya untuk tidak mengaitkan Pancasila dengan Soekarno.

Baca: Refleksi Hari Lahir Pancasila di Tengah Pandemi Covid-19

Dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 10 Mei 1987, peringatan Hari Lahir Pancasila tidak rutin diperingati setiap tahun pada era Orde Baru.

Pemerintahan saat itu lebih memberikan perhatian pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila setiap 1 Oktober sebagai pengingat gagalnya Gerakan 30 September/PKI.

Hari Lahir Pancasila belum menjadi sebuah hari nasional. Bahkan, hari itu diperingati bukan sebagai Hari Lahir Pancasila, melainkan peringatan pidato Bung Karno 1 Juni 1945.

Untuk itu, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri mengusulkan agar 1 Juni kembali dijadikan sebagai hari nasional yang rutin diperingati setiap tahunnya.

Usulan itu disampaikan kepada Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang ketika itu menjabat sebagai Presiden ke-6 RI.

Namun keinginannya itu belum terwujud di era pemerintahan SBY, meski SBY menjanjikan akan mengabulkan permintaan itu.

Pada akhir Oktober 2015, ketika menjadi pembicara pada acara seminar dan bedah buku di Jakarta, Megawati kembali menyampaikan harapannya akan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila yang tak kunjung.

"Saya nagih SBY pada tanggal 1 Juni jadikan hari libur nasional. Sampai hari ini pun boro-boro," kata Mega di JCC, Jakarta, 27 Oktober 2015.

Menurut Mega, sebelumnya SBY pernah berjanji akan memenuhi usulannya itu.

Namun, hingga akhir masa kepemimpinannya, SBY belum mewujudkannya. 

"Kalau seumpamanya bukan Bung Karno (pencetus Pancasila), apa (akan) dijadikan hari nasional? Aneh kadang pikiran bangsa kita ini, seperti ambivalen, sejarah diombang-ambing," ujar Mega.

Dalam pandangan Mega, menjadikan momentum 1 Juni sebagai hari nasional dapat dimanfaatkan untuk merekatkan hubungan bangsa.

Namun, dalam pidato peringatan sebelumnya pada 2011, SBY menyebut Pancasila sangat erat kaitannya dengan Soekarno, berbeda dengan yang disampaikan Megawati.

"Jika berbicara Pancasila, tidak mungkin tidak berbicara tentang Bung Karno. Kita mesti memberikan apresiasi kepada Bung Karno atas pemikiran besarnya dan perjuangannya yang luar biasa. Bung Karno adalah pejuang, pemikir, dan penggali Pancasila," kata SBY, dikutip dari Antara, 2 Juni 2011.

Disahkan Joko Widodo

Pada akhirnya, Hari Lahir Pancasila 1 Juni 1945 ditetapkan sebagai peringatan sekaligus hari libur nasional oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden (Kepres) No 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila.

Baca: Hari Lahir Pancasila, Spirit Gotong Royong Hadapi Pandemi

"Keputusan Presiden tentang Hari Lahir Pancasila, pertama: menetapkan tanggal 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila, kedua: tanggal 1 Juni merupakan hari libur nasional," demikian bunyi diktum pertama dan kedua Keppres tersebut.

Keppres itu ditandatangani dan mulai berlaku pada tanggal yang sama, 1 Juni 2016.

Namun, untuk realisasi 1 Juni sebagai hari libur nasional baru diimplementasikan pada tahun berikutnya.

Dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, penetapan Hari Lahir Pancasila diputuskan dengan menimbang sejumlah latar belakang.

Salah satunya, Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara harus diketahui asal-usulnya oleh segenap bangsa dari waktu ke waktu.

Tujuannya, untuk melestarikan dan melanggengkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dalam berbangsa dan bernegara.

Quote