Ikuti Kami

Ansy Minta Wacana Impor Ayam dari Brazil Dihentikan

Momentum pandemi Corona, Kementerian Perdagangan dan Perum Bulog dapat membenahi arah kebijakan impor.

Ansy Minta Wacana Impor Ayam dari Brazil Dihentikan
Ilustrasi. Ayam impor dari Brazil.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema meminta pemerintah menutup wacana impor ayam beku dari Brazil. Sebab selain mengganggu iklim usaha keunggasan, impor juga mematikan produktivitas peternak kecil domestik.

“Supply bibit ayam dari luar negeri harus segera dibatasi, jangan sampai terjadi oversupply. Pemerintah perlu memerintahkan korporasi agar membeli ayam dan telur peternak kecil, karena sebenarnya kita sanggup memenuhi kebutuhan domestik,” papar Ansy.

Baca: Ansy Desak Pemerintah Berpihak Pada Peternak Kecil 

Justru, lanjut Politikus PDI Perjuangan itu, dalam momentum pandemi Corona, Kementerian Perdagangan dan Perum Bulog dapat membenahi arah kebijakan impor. Karena di tengah pandemi Corona dimana ekonomi negara-negara di dunia terganggu, Indonesia tak bisa mengharapkan impor ayam dan telur.

Negara-negara importir pasti mau menyelamatkan diri dan menggunakan produksi untuk kebutuhan domestik dalam mengantisipasi pandemi Corona.

“Bulog mestinya membeli ayam dan telur dari peternak kecil untuk memenuhi konsumsi domestik selama pandemik berlangsung dan tahun-tahun ke depan. Pandemi Corona menjadi momentum strategis bagi Bulog untuk membangun kemitraan dengan peternak kecil dan memutus mata rantai ketergantungan pada impor ayam dan telur,” tambah Ansy.

Pemerintah, lanjut Ansy, harus menyiapkan regulasi agar peternak kecil bisa menjadi pamasok daging ayam, dan telur ke restoran, hotel atau katering dengan porsi berimbang dengan korporasi-korporasi besar. Pemerintah perlu merevitalisasi pola kemitraan antara perusahaan ternak milik Badan Usaha Negara (BUMN) dengan peternak kecil.

“Peternak kecil bisa menjadi penyedia atau pemasok ayam dan telur bagi perusahaan-perusahaan BUMN agar menjamin rantai supply di pasar. Ini penting agar produsen ternak BUMN jangan lagi mengimpor ayam atau bibit ayam dari luar. Pola kemitraan ini juga penting untuk memutus rantai monopoli oleh korporasi-korporasi besar yang memiliki modal besar di pasar,” imbuh Ansy.

Pemerintah, lanjut Ansy, harus terus menciptakan iklim usaha kondusif bagi peternak kecil agar mereka tetap produktif dan mampu bersaing di pasar. 

Baca: Ini Bansos Pemkab Samosir Untuk Daya Tahan Tubuh Lawan Covid

Untuk itu, regulasi penting agar tak ada monopoli dan peternak kecil tak boleh hidup dalam kemiskinan struktural model ini.

Itu artinya, mereka sudah berjuang, sudah berusaha memilihara ayam dan telur dalam jumlah besar, tetapi tak beruntung karena harga di pasar ayam jatuh. Biaya yang mereka keluarkan untuk memelihara ayam tak setimpal dengan pendapatan yang mereka terima karena harga jatuh.

“Jadi secara struktural, mereka dimiskinkan karena negara belum sepenuhnya berpihak kepada mereka. Pemerintah harus sadar bahwa ayam dan telur adalah sumber protein hewani dengan harga relatif terjangkau yang bisa mengatasi masalah gizi buruk dan stunting di negeri ini. Untuk itu, perhatian kepada peternak kecil harus mulai diperkuat,” pungkasnya.

Quote