Ikuti Kami

Era SBY, Era Keemasan Kelompok Provokatif Berbau Agama

Kejatuhan Soeharto dan efek pasca perang dingin menyebabkan seluruh sumbatan sosial dan politik terbuka secara leluasa di Indonesia. 

Era SBY, Era Keemasan Kelompok Provokatif Berbau Agama
Politisi PDI Perjuangan Deddy Yevri Sitorus.

Jakarta, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan Deddy Yevri Sitorus mengungkapkan sejarah menguatnya kelompok politik bernuansa agama di era Reformasi. 

Deddy memaparkan, kejatuhan Soeharto dan efek pasca perang dingin menyebabkan seluruh sumbatan sosial dan politik terbuka secara leluasa di Indonesia. 

"Kelompok anti Soeharto kembali dari luar negeri, para kombatan perang Afghanistan yang sebenarnya berjejaring dengan CIA juga kembali, aktor-aktor dan kelompok pro Soeharto juga bermetamorfosa dalam berbagai kelompok," ujar Deddy. 

Baca: Kritisi Fauzi Bahar, Deddy : Otakmu Tolak Keberagaman!

Di sisi lain, sambung Deddy, organisasi-organisasi besar semacam NU, Muhammadyah dan yang lainnya harus bersaing dengan kelompok-kelompok yang lebih kecil dan radikal. 

Kelompok-kelompok kecil itu dianggap lebih “agamis” dan lebih siap memerangi ketidakadilan ekonomi.

"Kelompok-kelompok provokatif itu mendapatkan tempat karena dianggap menjadi katalisator terhadap manajemen politik tertutup ala Orde Baru dan manajemen ekonomi pro konglomerat ciptaan Soeharto. Maka tidak heran kelompok seperti FPI berkembang luas dan mendapatkan banyak dukungan," ungkap Deddy 

Deddy melanjutkan, kelompok-kelompok itu juga memainkan sentimen massa terhadap ideologi negara dengan mengusung paham Khilafah, Syariah dan hegemoni agama. 

Pada saat bersamaan, ujar Deddy, kelompok dengan jaringan global juga mencoba menjadikan Indonesia sebagai pusat pergerakan melawan Amerika/Barat, yang berakibat banyaknya terjadi pemboman di negeri ini sejak tahun 2000 -2019. 

"Di sisi lain momentum ini juga dimanfaatkan oleh para petualang politik yang mencoba membajak simbol agama untuk memperkuat posisi politik. Maka lahirlah ratusan bahkan mungkin ribuan Perda Syariah yang akhirnya menggerogoti kesadaran Ideologis,  komitmen terhadap keragaman dan lahirnya sikap diskriminatif," ujar Deddy.

Periode pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sambung Deddy, adalah masa keemasan dimana kelompok-kelompok itu berkembang biak dan merasuki seluruh elemen bahkan kelas dalam masyarakat. 

Mereka bisa mendapat pendukung tidak saja masyarakat kalangan bawah, tetapi juga berhasil merekrut pendukung dari kalangan kelas menengah terdidik hingga kaum elit negeri ini.

Baca: Pramono: Vaksinasi Gratis, Komitmen Pemerintah Atasi Pandemi

"Selama periode SBY inilah insiden penutupan rumah ibadah, kekerasan terhadap kelompok minoritas mencapai puncak eskalasinya. Kelompok-kelompok ini lalu menyatu dan mengeras selama sejak pencalonan hingga periode pertama pemerintahan Jokowi," ungkap Deddy. 

Dan, lanjut Deddy, baru pada awal periode kedua ini pemerintahan Presiden Jokowi mulai berusaha secara maksimal mengembalikan negeri ini ke rel yang sebenarnya, yakni  bangsa yang maju, Pancasilais dan ber-bhinneka.

"Tentu ini bukan kerja mudah. Ini tikungan sejarah dan hanya akan berhasil bila kita sebagai anak bangsa tak henti bersuara!" tegas Deddy.

Quote