Ikuti Kami

Ganjar: Politik Pasar, Solusi Pasar Tradisional yang Kian Terdesak Pasar Modern

Menurut Ganjar, langkah yang mutlak dilakukan antara lain dengan memperbaiki infrastruktur pasar. 

Ganjar: Politik Pasar, Solusi Pasar Tradisional yang Kian Terdesak Pasar Modern
Ilustrasi. Ganjar Pranowo saat meninjau sebuah pasar tradisional.

Jakarta, Gesuri.id - Capres Ganjar Pranowo mengatakan pemerintah kabupaten dan kota perlu membuat politik pasar, demi menahan arus keberadaan pasar tradisional yang kian terdesak oleh pasar modern. 

Menurut Ganjar, langkah yang mutlak dilakukan antara lain dengan memperbaiki infrastruktur pasar. 

"Pasar modern hanya gedung dan cara pembayaraanya yang modern. Apakah pasar tradisional tidak bisa dibuat seperti itu," ujarnya..

Ia juga meminta lapak-lapak yang tidak layak untuk dibongkar kemudian diperbaiki, sehingga pedagang akan mendapatkan tempat berjualan yang nyaman dan lebih baik. 

Sebab, ujar Ganjar, membangun pasar harus dengan fasilitas berkualitas atau jangan asal-asalan kemudian buat arsitektur yang baik.

"Pasar tradisional kalau mau mencontoh pasar tradisional di Jepang itu sangat baik. Penataannya bagus, lingkungan pasar bersih dan sistem drainase teratur, sampah dikelola dengan baik sehingga orang datang merasa nyaman," tandasnya, baru-baru ini.

Diketahui, kehadiran pasar modern (supermarket, hipermarket, minimarket), dinilai oleh berbagai kalangan telah menyudutkan keberadaan pasar tradisional di perkotaan. 

Berdasarkan hasil studi A.C. Nielsen (2005), pasar modern di Indonesia tumbuh 31,4% per tahun, sedangkan pasar tradisional menyusut 8% per tahun. 

Hasil kajian Kementerian Koperasi dan UKM dengan PT Solusi Dinamika Manajemen (2005) menunjukkan bahwa kehadiran pasar modern telah mengancam eksistensi pasar tradisional. 

Dampak keberadaan pasar modern terhadap pasar tradisional adalah dalam hal penurunan omzet penjualan. Demikian pula hasil penelitian Solfres (2002) tentang perbandingan pasar tradisional (wet market) dengan pasar modern di Hongkong mengemukakan bahwa meskipun wet market tetap dominan, tetapi terjadi penurunan pangsa belanja konsumen wet market.

Penurunan kinerja pasar tradisional sebenarnya tidak sepenuhnya disebabkan oleh hadirnya pasar modern. Hampir seluruh pasar tradisional di Indonesia masih bergelut dengan masalah internal pasar seperti buruknya manajemen pasar, sarana dan prasarana pasar yang sangat minim, pasar tradisional sebagai sapi perah untuk penerimaan retribusi, menjamurnya pedagang kaki lima (PKL) yang mengurangi pelanggan pedagang pasar, dan minimnya bantuan permodalan yang tersedia bagi pedagang tradisional.

Quote