Manokwari, Gesuri.id – Bupati Manokwari yang juga politisi PDI Perjuangan Hermus Indou menegaskan arah pembangunan jangka panjang daerah saat resmi membuka Musrenbang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2025–2045, Kamis (11/12/2025). Ia menyebut dokumen ini bukan sekadar rencana teknokratis, melainkan kompas pembangunan Manokwari untuk 20 tahun ke depan, yang harus tetap menjadi pegangan lintas periode kepemimpinan.
Hermus menuturkan, RPJPD menjadi payung hukum seluruh RPJMD dan rencana strategis perangkat daerah, sekaligus memastikan seluruh langkah pembangunan selaras dengan visi nasional. Ia menekankan pentingnya perencanaan adaptif di tengah ketidakpastian global, terutama terkait disrupsi teknologi, perubahan iklim, hingga dinamika ekonomi dunia yang semakin sulit diprediksi.
Menurutnya, dokumen jangka panjang ini lahir dari kebutuhan Manokwari untuk memiliki arah transformasi yang lebih terstruktur, terukur, dan berbasis bukti. Karena itu, ia menegaskan bahwa partisipasi publik, kolaborasi antar-OPD, serta kemitraan dengan dunia usaha dan lembaga adat menjadi kunci keberhasilan visi pembangunan Manokwari.
Mengusung visi besar “Manokwari Emas 2045”, Hermus menargetkan Manokwari sebagai pusat peradaban di Tanah Papua melalui tiga pilar utama: pusat religi, pusat pendidikan, dan pusat kebudayaan. Pengembangan Pulau Mansinam sebagai destinasi religi dan budaya dunia disebutnya sebagai salah satu ikon utama yang akan menentukan citra Manokwari di masa mendatang.
Selain itu, Hermus menekankan pentingnya pembangunan berbasis karakter wilayah. Manokwari Barat dan Selatan diarahkan sebagai pusat jasa dan pemerintahan, kawasan Wapramasi ditetapkan sebagai sentra pertanian modern, sementara Tanah Rubuh dan Manokwari Utara difokuskan sebagai wilayah pemberdayaan masyarakat asli Papua. “Setiap wilayah harus tumbuh sesuai potensi dan kearifan lokalnya,” tegasnya.
Dalam arah pembangunan dua dekade ke depan, Hermus menegaskan pentingnya menjaga harmoni dengan alam. Ia mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak boleh mengorbankan kelestarian lingkungan, terutama karena Manokwari memiliki ekosistem sensitif yang rawan rusak jika dikelola tanpa perencanaan ekologis.
Bupati Hermus yang juga kader PDI Perjuangan itu turut menyoroti sejumlah tantangan besar yang masih membayangi Manokwari, mulai dari tingginya angka kemiskinan masyarakat asli Papua, ketimpangan pendidikan dan kesehatan, stunting, hingga rendahnya produktivitas ekonomi. Tantangan kebencanaan seperti banjir dan longsor juga menjadi perhatian dalam dokumen RPJPD.
Karena itu, ia menegaskan RPJPD 2025–2045 harus disusun secara tematik, holistik, integratif, dan spasial, memastikan setiap program menjawab kebutuhan tiap wilayah. “Ini bukan hanya rencana di atas kertas. Ini fondasi masa depan Manokwari,” tutup Hermus.

















































































