Ikuti Kami

Holding Industri Pertahanan, DPR: Terlambat Tapi Bagus

Menurut Purnawirawan Mayjen TNI ini, alat utama sistem pertahanan (alutsista) tidak bisa diproduksi oleh satu perusahaan.

Holding Industri Pertahanan, DPR: Terlambat Tapi Bagus
Anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi I DPR RI TB Hasanuddin menilai pembentukan holding industri pertahanan dalam negeri terlambat jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang telah melakukannya.

Kendati demikian, Politikus PDI Perjuangan itu menyambut baik rencana holding industri pertahanan.

Baca: Jokowi: Pengembangan Alutsista Perkuat Industri Pertahanan

"Jadi kalau menurut hemat saya, saya menyambut bagus holding itu. Mengapa? di beberapa negara ini termasuk terlambat," kata Hasanuddin di Jakarta, Kamis (27/8).

Menurut Purnawirawan Mayjen TNI ini, alat utama sistem pertahanan (alutsista) tidak bisa diproduksi oleh satu perusahaan.

Hasanuddin menilai sudah seharusnya beberapa perusahaan industri pertahanan digabung menjadi satu.

"Kalau mengacu kepada Undang-Undang tentang industri pertahanan harus mulai dilakukan sejak dulu, mengapa? karena yang namanya alutsista itu tidak bisa dia murni diproduksi oleh satu perusahaan saja," ucapnya.

"Misalnya Pindad mampu memproduksi tank, tapi sarana komunikasinya harus bekerja sama dengan PT LEN," lanjutnya.

Baca: Perluasan Pasar Ekspor Produk Industri Pertahanan, Penting

Sebelumnya diberitakan, lima perusahaan industri pertahanan milik pemerintah atau BUMN yakni PT Len Industri, PT Dirgantara Indonesia (PT DI), PT PAL, PT Pindad, dan PT Dahan berencana membentuk holding.

Holding tersebut nantinya akan dipimpin oleh PT Len Industri.

Direktur Utama (Dirut) PT Len Industri, Zakky Gamal Yasin menjelaskan holding tersebut merupakan jawaban dari tantangan Presiden Joko Widodo terkait kemandirian industri pertahanan.

Quote