Ikuti Kami

Jokowi Prihatin Masyarakat Masih Percaya Hoax

Kata Jokowi, masyarakat masih banyak juga yang percaya dengan isu PKI. Dijelaskan Jokowi, ada survei 6 persen atau 9 juta lebih yang percaya

Jokowi Prihatin Masyarakat Masih Percaya Hoax
Presiden Joko Widodo saat membuka Kongres XX Tahun 2018 Wanita Katolik Indonesia (WKRI) - Foto: daulat.co

Jakarta, Gesuri.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan keprihatinannya, sekarang ini muncul isu-isu yang menurutnya tidak mencerdaskan rakyat, tidak mematangkan masyarakat dalam berdemokrasi. Hal itu disampaikan saat memberi sambutan Pembukaan Kongres XX Tahun 2018 Wanita Katolik Indonesia (WKRI), di Hotel Grand Mercure, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (30/10) pagi.

“Ini bisa memecah kita, kalau kita nggak segera kembali kepada rel bahwa pilihan bupati, pilihan wali kota, pilihan gubernur, pilihan presiden itu akan ada terus setiap 5 tahun,” kata Jokowi 

Jokowi menunjuk contoh isu yang menyebut dirinya simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI). Padahal PKI dibubarkan tahun 1965-1966, saat dirinya masih berumur 4 tahun. Juga ada dalam media sosial gambar dirinya disamping Aidit, tokoh PKI yang sedang berpidato tahun 1955.

“Saya cek pidato tahun berapa sih? Tahun 1955, saya lahir saja belum, kok sudah ada di dekatnya ini,” kata Jokowi dengan nada bertanya.

Namun, kata Jokowi, masyarakat masih banyak juga yang percaya dengan isu tersebut. Dijelaskan Jokowi, ada survei 6 persen atau 9 juta lebih masyarakat yang percaya.

“Saya heran kok gambarnya ya persis saya gitu, di dekatnya lagi kok persis. Aduh yang namanya media sosial ini memang nakal-nakal,” ujarnya.

Jokowi kemudian bercerita tentang isu antek asing yang dikembangkan melalui media sosial. Dirinya merasa justru telah mengembalikan aset bangsa ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Jokowi kemudian memberi contoh, misalnya Blok Mahakam yang dulunya dikelola oleh Perancis dan Jepang, sudah 100 persen ia serahkan kepada Pertamina, sejak 2015. Lalu Blok Rokan, Chevron sudah 100 persen dimenangkan oleh Pertamina.

Freeport yang 40 tahun Indonesia hanya diberi 9,3 persen, menurut Presiden, negoisasi sudah 4 tahun, sudah head of agreement, sudah Sales & Purchase Agreement.

“Kita bisa mendapatkan 51 persen sudah mayoritas. Tapi nggak mudah melakukan ini, baik tekanan politik, baik tekanan kanan kiri. Kalau kepengen gampang ya sudah sehari saja selesai, tanda tangan, 9 persen, sudah, rampung, enggak ada tekanan apa-apa,” jelasnya.

Jokowi kemudian mempertanyakan dimana nasionalisme masyarakat saat pemerintah berhasil menasionalisasi sumber daya alam dari pihak asing.

“Kok enggak ada yang demo waktu kita dapat 100 persen, dapat 51 persen? Demo mendukung gitu loh. Demo mendukung kok enggak ada. Kalau antek asing, antek asing ramainya kaya gitu,” ucapnya

Terkait tenaga kerja asing (TKA), katanya ada 10 juta tenaga kerja dari Tiongkok membanjiri Indonesia. Jokowi kembali tegaskan, tenaga kerja asing yang ada di Indonesia paling 80.000-an semuanya. Yang dari Tiongkok itu kurang lebih 24.000. Sementara tenaga kerja Indonesia yang ada di Tiongkok, di China, itu malah 80.000 lebih.

“Jadi di sana malah antek Indonesia, kalau ngomongnya antek-antekan. Jangan seperti itulah, negara-negara lain juga menerima kok tenaga kerja asing, dalam rangka memperbaiki SDM yang ada di negaranya,” tegasnya.

Jokowi kemudian menunjukkan data, tenaga kerja asing di Indonesia tidak sampai 1 persen. Ia membandingkan dengan Uni Emirat Arab (UEA) 80 persen. Arab Saudi 33 persen, Brunei 32 persen, Singapura ada 24 persen, Malaysia 5 persen, sementara Indonesia 0,03 persen.

“Satu persen saja enggak ada kok diramaikan. Jutaan dari mana? Kalau kita ini kan gampang sekali. Tanya imigrasi sudah kelihatan,” ucap Presiden Jokowi seraya menambahkan, isu-isu seperti itu kalau enggak dijawab dipikir itu sebuah kebenaran.

Sedangkan mengenai isu-isu harga bahan pokok naik, Jokowi mengemukakan, inflasi biasanya 9 persen, 8 persen, namun sekarang inflasi dibawah 3,5 (persen). 

“Artinya harga itu terkendali. Harga itu terkendali, dikendalikan,” tegas Presiden.

Jokowi menjelaskan, dirinya juga sering keluar masuk pasar, bertanya langsung ke pedagang. 

“Saya itu mendengarkan apa yang menjadi keluhan-keluhan juga. Kalau kita bisa mencarikan solusi, mencarikan jalan keluar, ya kita berikan. Tapi kalau yang sulit, misalnya barang impor ya sulit karena pasar internasional,” terangnya.

Terakhir, Jokowi bercerita pengalamannya saat blusukan ke pasar di Semarang, dan bertanya mbok-mbok yang berjualan di pasar, harga yang stabil atau tidak stabil. Menurut para pedagang itu, ungkap Jokowi, biasa harga cabai ada yang naik ada yang turun sampai Rp10.000. Untuk itu, Jokowi mengingatkan masyarakat agar jangan sampai termakan isu-isu yang tidak benar.

Quote