Ikuti Kami

Kenalkan! Landmark Baru Kota Semarang, Titik Nol Kilometer Nan Megah

Sebenarnya titik penanda nol kilometer sebelumnya sudah ada berupa tugu kecil.

Kenalkan! Landmark Baru Kota Semarang, Titik Nol Kilometer Nan Megah
Kota Semarang, Jawa Tengah kini punya landmark baru berupa penanda titik nol kilometer. Lokasinya bukan di Simpang Lima, tapi ada di dekat Kota Lama.

Semarang, Gesuri.id - Kota Semarang, Jawa Tengah kini punya landmark baru berupa penanda titik nol kilometer. Lokasinya bukan di Simpang Lima, tapi ada di dekat Kota Lama.

Baca: Bergerak Menangkan Ganjar, Adian Gelar Konsolidasi di Jawa Tengah Hari Ini

Sebenarnya titik penanda nol kilometer sebelumnya sudah ada berupa tugu kecil. Kemudian sejak tahun 2022 lalu mulai dibangun penanda baru serta taman yang berada di sekitarnya sehingga terlihat indah.

Penanda baru itu berupa monumen berbentuk lingkaran besar dan ada keterangan di bawahnya, Nol Kilometer Semarang. Malam kemarin monumen itu diresmikan oleh Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Ita. Hal itu sekaligus menyemarakkan rangkaian HUT Kota Semarang ke-476.

"Ini seharusnya diresmikan sebelum puasa, tapi karena beberapa hal yang harus diselesaikan maka diresmikan malam ini. Diharapkan ini bisa menjadi tambahan destinasi wisata baru," kata Ita di Jalan Pemuda Nol Kilometer Semarang, Jumat (5/5) malam.

Titik nol kilometer dikelilingi oleh kawasan yang merupakan cikal bakal berkembangnya Kota Semarang yaitu kawasan Kauman, Kampung Malayu, Pecinan, dan Kota Lama yang punya sebutan little Netherland. Hal itu juga yang dulu membuat titik nol kilometer Kota Semarang ditetapkan di sana.

Ita menjelaskan, dari sumber literasi yang ia pelajari, di sekitar sana terdapat perkampungan Kauman atau kaum cendikiawan yang agamis dan juga ada pesantren. Lalu datang suku hingga bangsa lain karena memang tidak jauh dari pelabuhan.

"Ini saya mengutip, ya. Ada namanya pelabuhan. Sekitar pelabuhan ada perdagangan dan kegiatan. Akhirnya banyak bangsa lain, orang Gujarat datang ke kampung Melayu," jelasnya.

Baca: Megawati: Saya Dengar Ada Beberapa Partai Melobi Puan untuk Bertemu

Berkembangnya perdagangan juga membuat bangsa Cina datang. Berbagai etnis itu kemudian hidup berdampingan, ditandai dengan adanya Masjid Menara Layur dan juga Klenteng Kam Hok Bio atau Kelenteng Dewa Bumi.

"Apa buktinya. Berdiri Masjid Menara Layur dan Klenteng Dewa Bumi. Mereka hidup berdampingan kemudian keluarlah Warak Ngendog. Di sini cikal bakal Kota Semarang menggeliat," ujarnya.

Quote