Jakarta, Gesuri.id - Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus, mengatakan mendalami laporan dugaan adanya mafia jual beli jam penerbangan di industri aviasi Tanah Air dalam rapat mendatang dengan Kementerian Perhubungan serta maskapai.
Pernyataan tersebut menanggapi kabar dugaan adanya mafia jual beli jam penerbangan. Kecurigaan adanya mafia ini, berawal dari tidak adanya penerbangan Garuda Indonesia di jam-jam favorit. Begitu juga dengan anak usaha Garuda Indonesia, Citilink Indonesia.
“Iya kita coba tanya, kita bahas lah. Kalau benar nanti kita dalami. Ini kan informasi yang bagus,” katanya Senin (29/9).
Meski begitu, Lasarus mengaku maskapai Garuda Indonesia selama ini juga tidak pernah mengeluhkan terkait jam penerbangan atau slot time yang diberikan kepada maskapai tersebut.
Adapun slot time adalah jadwal resmi yang diberikan otoritas bandara kepada maskapai untuk melakukan take-off atau landingdi bandara tertentu.
“Makanya saya masih mau cek dulu. Omongan ini apakah berangkat dari data. Karena Garuda sendiri enggak pernah ngeluh sama kita,” ucapnya.
Terkait dengan slot time, sambung Lasarus, sudah diatur oleh otoritas yang berwenang dalam hal ini Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Jumlah slot time yang didapat juga berbeda-beda, tergantung dari berapa armada yang dimiliki maskapai tersebut.
“Biasanya kan sudah diatur. Misalnya gini, pesawat itu kan tidak semua maskapai jumlah pesawatnya sama. Untuk dibagi rata kan tidak mungkin,” jelasnya.
Sebelumnya, Anggota Komisi VI DPR Fraksi PDI Perjuangan Mufti Anam mengungkap dugaan adanya mafia jual beli jam penerbangan dalam bisnis aviasi di Indonesia.
Bahkan, sambung Mufti, jam penerbangan bisa diperjualbelikan dengan harga yang cukup fantastis mencapai miliaran rupiah.
“Ini betul enggak ada mafia soal jam terbang ini? katanya harganya miliaran rupiah, kalau ada kami minta penegak hukum mengusut soal hal ini,” ujarnya Rapat Dengar Pendapat antara Komisi VI dan Garuda Indonesia, InJourney Airports, dan IAS, Senin, 22 September.
Kecurigaan adanya mafia jual beli jam penerbangan ini, sambung Mufti, berawal dari tidak adanya penerbangan Garuda Indonesia di jam-jam favorit. Begitu juga dengan anak usaha Garuda Indonesia, Citilink Indonesia.
“Saya sempat ngobrol dengan teman-teman komisi V, katanya jam-jam penerbangan diperjual belikan. Betul enggak pak? Kami minta Bapak jawab di tempat, jangan takut-takut pak. Kita akan bantu Bapak bagaimana Garuda bisa punya jam idle gitu,” tuturnya.
Sekadar informasi, jam idle penerbangan biasanya merujuk pada waktu pesawat tidak beroperasi atau menunggu di darat antara penerbangan. Kondisi ini lebih sering disebut trunaround atau waktu berhenti terbang.
“Karena ternyata jam-jam idle itu dikuasai oleh penerbangan swasta. Bahkan jam-jam tertentu karena idle banget itu ada penerbangan yang jaraknya hanya 30 menit dan kalau kosong itu dijadikan hanya satu penerbangan,” ucapnya.