Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua Komisi X DPR RI, My Esti Wijayati, menyoroti fenomena penurunan jumlah mahasiswa baru yang kini dialami banyak perguruan tinggi di Indonesia, termasuk di Provinsi Bali.
Hal itu ia sampaikan usai melakukan kunjungan dan dialog dengan pimpinan Universitas Udayana, perguruan tinggi swasta, serta LLDIKTI Wilayah Bali,NTB,NTT.
Menurut My Esti, penurunan jumlah mahasiswa terjadi secara nasional dan bukan hanya dialami satu atau dua kampus. Bahkan, Universitas Udayana sendiri mengungkapkan bahwa daya tampungnya hanya terisi sekitar 86 persen, sementara beberapa perguruan tinggi swasta di Bali hanya terisi 70 persen.
Baca: Ganjar Pranowo Tekankan Pentingnya Kritik
“Ini terjadi di banyak daerah. Kita perlu mengoreksi apa penyebabnya. Apakah karena keberadaan PTKL (Perguruan Tinggi Kementerian/Lembaga) yang membuka program studi sama dengan perguruan tinggi umum? Atau memang jumlah anak muda yang melanjutkan kuliah menurun?” ujarnya My Esti saat diwawancarai Parlementaria saat Kunjungan Kerja Reses Komisi X DPR RI di Universitas Udayana, Provinsi Bali, Kamis, (11/12).
My Esti menyoroti bahwa angka partisipasi pendidikan tinggi Indonesia baru mencapai 30 persen. Artinya, sebagian besar lulusan SMA/SMK belum melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
“Kalau kita bisa meningkatkan angka partisipasi pendidikan tinggi, tentu jumlah mahasiswa akan naik. Tapi saat ini angkanya masih rendah,” tegasnya.
Ia menjelaskan bahwa persoalan bukan hanya terletak pada keberadaan PTKL, meskipun PTKL tetap menjadi masalah tersendiri karena bersifat kedinasan namun juga membuka program studi yang sama dengan PTN/PTS. Komisi X, katanya, telah memutuskan agar pembatasan PTKL diberlakukan bertahap hanya diperbolehkan membuka prodi yang tidak dimiliki perguruan tinggi umum.
Legislator Fraksi PDI-Perjuangan, menurunnya minat kuliah anak muda juga dipengaruhi realitas dunia kerja yang mereka lihat sehari-hari. “Mungkin mereka berpikir: ‘Temanku lulusan kuliah tapi kerjaannya sama seperti lulusan SMA’, atau malah menganggur bertahun-tahun. Ini PR besar kita,” imbuhnya.
Ia menekankan bahwa persoalan ini berkaitan erat dengan link and match antara perguruan tinggi dan kebutuhan industri. Kurangnya relevansi kurikulum membuat lulusan tidak siap masuk pasar kerja.
Sebagai solusi, My Esti mendorong agar mata kuliah kewirausahaan wajib diberikan di seluruh jurusan perguruan tinggi, tanpa terkecuali. “Menurut saya, semua jurusan harus diberikan mata kuliah kewirausahaan. Mau itu komunikasi, sosial politik, teknik, apa pun. Anak-anak harus punya kemampuan membuka lapangan kerja sendiri,” tegasnya.
Ia memberi contoh bahwa banyak mahasiswa dari jurusan non-bisnis akhirnya lebih sukses membuka usaha sendiri seperti produksi makanan, hampers, dan produk kreatif dibandingkan bekerja formal dengan gaji setara UMP. “Kalau sejak SMA/SMK dan kuliah mereka dibekali kemampuan kewirausahaan, mereka punya daya tahan hidup. Mereka tidak hanya tergantung pada lapangan kerja formal,” tambahnya.
Baca: Ganjar Pranowo Tegaskan Marsinah Lebih Layak
My Esti menegaskan bahwa temuan dan aspirasi dari Universitas Udayana akan menjadi masukan penting bagi Komisi X dalam menyempurnakan kebijakan pendidikan tinggi nasional, termasuk dalam pembahasan RUU Sisdiknas.
“Kami harus memastikan regulasi yang dibuat bisa menjawab persoalan riil di lapangan, termasuk soal menurunnya jumlah mahasiswa dan relevansi pendidikan tinggi dengan dunia kerja,” tutupnya.
Dengan demikian, Komisi X DPR RI berkomitmen mendorong pendidikan tinggi yang lebih adaptif, inklusif, dan mampu menyiapkan generasi muda menghadapi tantangan masa depan.

















































































