Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi X DPR RI Puti Guntur Soekarno mewanti-wanti generasi muda untuk tak terbuai dan bergantung pada artificial intelegent (AI).
Dia tak memungkiri kehadiran AI dan kecanggihan teknologi sangat membantu aktivitas. Namun jika diteliti, sebutnya, ketergantungan pada teknologi justru membuat bangsa ini jauh dari cita-cita Trisakti Bung Karno. Menjadi tak berdaulat.
“Kita harus menjadi insan yang mengatur, membuat, memperkuat kita dalam research, teknologi, pelayanan publik, membantu UMKM,” kata Puti saat menjadi pembicara di talkshow Pemanfaatan AI untuk Transformasi Pembelajaran di Perguruan Tinggi, di Hall 2 Stiesia Surabaya, Minggu (30/11/2025).
Baca: Gerakan Menanam Pohon Harus Jadi Kesadaran Kolektif Bangsa
Laporan Digital 2025 Global Overview, ungkapnya, mencatat sebanyak 98,7 persen penduduk Indonesia berusia 16 tahun ke atas menggunakan ponsel untuk online, melampaui Filipina dan Afrika Selatan yang mencatat 98,5 persen.
Sayangnya, lanjut Puti, tingginya prosentase itu tak dibarengi dengan pengembangan potensi. Akhirnya Indonesia hanya menjadi konsumen ekonomi digital tertinggi yang keamanan datanya rawan dicuri. Dijajah teknologi, dan masuk ke era kolonialisme baru dan imperialisme 5.0.
“Kita jadi negara yang memiliki ekonomi digital terbesar dan kita negara konsumen, kita yang digunakan. Ini harus menjadi hal yang bisa memperkuat keyakinan adik-adik bahwa persoalan itu ada di negara kita, kita hanya jadi pasar dan bukan pemain,” tutur politisi PDI Perjuangan itu.
Dia mengingatkan bahwa AI dan digital teknologi hanya berfungsi sebagai supporting. Teknologi itu dibuat tanpa ada identitas budaya dan kearifan lokal, seluruhnya digantikan dengan perspektif asing.
Jika digunakan berlebihan, sebut Puti, pemikiran kritis akan tergerus, kemampuan analisa menjadi tumpul. “Banyak data yang bisa tersedot, data penting yang bisa mereka ambil dengan mudah,” sebut Puti.
“Di Jepang 80 persen metode belajarnya masih mencari kevalidan data di perpustakaan. Jadi bagaimana kita bisa tetap menggunakan teknologi secara bijaksana. Ini budaya yang harus kita ciptakan sendiri, oleh kita dan negara hadir untuk mendampingi,” imbuhnya.
Baca: Ganjar Ingatkan Anak Muda Harus Jadi Subjek Perubahan
Jika ingin masa Indonesia emas 2045 tercapai, kata Puti, maka perlu perubahan pola. Tidak bergantung melainkan menguasai perkembangan digital teknologi.
Juga dibarengi pendampingan pemerintah dalam segala aspek. Lalu pengamanan data, menahan arus teknologi agar tidak menjadikan anak muda jadi generasi yang tidak berbudaya, tidak bermoral dan beretika.
“Peran pemerintah lewat kebijakan, tinggal berani atau tidak menegakkan hukum yang memproteksi, termasuk data kita. Agar kita bisa berdaulat dengan teknologi kita. Bagaimana negara tidak takut pada industri besar yang menggunakan indonesia sebagai konsumen semata,” tandas cucu Presiden pertama RI Soekarno tersebut.
“Kita ingin Indonesia suatu negara yang kuat, menjadi panutan negara lain, kita ingin adik-adik menjadi inovator pencipta teknologi untuk kemajuan indonesia. Ini tugas adik-adik ke depan. Mewujudkan berkedaulatan politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribdanian secara budaya,” tuturnya.

















































































