Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi VI DPR RI, Prof. Rokhmin Dahuri menegaskan pengarusutamaan gender (PUG) adalah strategi pembangunan yang penting untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender dengan mengintegrasikan kebutuhan perempuan dan laki-laki ke seluruh tahap pembangunan.
“PUG dilakukan melalui perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan serta program pembangunan,” kata Rokhmin, Minggu (14/9/2025).
Ia menguraikan sejumlah fakta kesenjangan: hak atas lahan timpang di 40 dari 46 negara, produktivitas lahan perempuan 24% lebih rendah, upah hanya 82 sen per dolar laki-laki, serta kesenjangan digital yang masih ada meski menurun.
“Perempuan lebih terdampak krisis, misalnya Covid-19, 22% kehilangan pekerjaan vs 2% laki-laki, serta gap kerentanan pangan melebar dari 1,7% (2019) menjadi 4,3% (2021),” jelasnya.
Menteri Kelautan dan Perikanan 2001–2004 itu juga menyoroti hambatan gender di Indonesia yang dipengaruhi norma sosial dan budaya patriarki, stereotip gender, dan kebijakan yang belum mendukung kesetaraan penuh.
“Perempuan menghadapi tantangan mengakses tanah, kredit, layanan kesehatan reproduksi, hingga menghadapi beban ganda pengasuhan. Banyak yang hanya tercatat sebagai pekerja keluarga tak dibayar sehingga kontribusinya tidak diakui,” ungkapnya.
Prof. Rokhmin menawarkan strategi transformasi sistem pangan berbasis gender, mulai dari integrasi gender dalam UU Pangan, UMKM, dan Perikanan, KUR berbasis gender, koperasi perempuan, hingga mentorship digital.
“Pemberdayaan perempuan bisa menaikkan pendapatan 58 juta orang dan memperkuat ketahanan pangan 235 juta orang di dunia. PUG adalah strategi percepatan menuju Indonesia Emas 2045,” tegasnya.
Ia juga menyoroti modal dasar pembangunan Indonesia, seperti jumlah penduduk besar, kelas menengah yang berkembang, serta posisi geoekonomi strategis.
“Posisi geoekonomi yang sangat strategis ini harusnya dijadikan peluang bagi Indonesia sebagai negara produsen dan pengekspor barang dan jasa utama dunia. Sayangnya, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal,” ujarnya.
Prof. Rokhmin menutup paparannya dengan ajakan kepada generasi muda untuk menjadi entrepreneur dan inovator di bidang perikanan, pangan, dan teknologi.
“Indonesia memerlukan inovasi, terutama dalam perikanan tangkap, alat bantu penangkapan ikan, dan sistem pendinginan. Dengan itu, kita bisa menjadi negara maritim maju sekaligus menjamin kedaulatan pangan,” pungkasnya.