Ikuti Kami

Samuel Wattimena Soroti Lemahnya Manajemen Kreatif Nasional: Kita Bangsa Verbal, Bukan Bangsa Pencatat

Indonesia sejak lama telah dianugerahi kekayaan kreativitas yang lahir dari keragaman budaya Nusantara.

Samuel Wattimena Soroti Lemahnya Manajemen Kreatif Nasional: Kita Bangsa Verbal, Bukan Bangsa Pencatat
Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Samuel Wattimena dalam Podcast Sudut Dengar Parlemen - Foto: TV Parlemen DPR

Jakarta, Gesuri.id – Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Samuel Wattimena menilai salah satu persoalan utama dalam pengembangan ekonomi kreatif nasional bukan terletak pada kurangnya ide atau talenta, melainkan kultur masyarakat Indonesia yang masih mengandalkan komunikasi verbal tanpa dokumentasi yang memadai. Hal itu ia sampaikan dalam Podcast Sudut Dengar Parlemen di Studio TV Parlemen, DPR RI, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Samuel menegaskan, Indonesia sejak lama telah dianugerahi kekayaan kreativitas yang lahir dari keragaman budaya Nusantara. Namun, potensi tersebut sering kali tidak dikelola secara profesional karena minimnya kebiasaan untuk mencatat, merencanakan, dan menyusun konstruksi kerja yang sistematis.

Menurutnya, pemerintah memiliki perhatian besar melalui berbagai program pengembangan industri kreatif. Namun tantangannya muncul ketika komunikasi antara pusat dan daerah tidak berjalan lancar. Birokrat di tingkat menengah maupun daerah kerap tidak memahami konsep yang disampaikan pemerintah pusat karena bahasa yang digunakan tidak sesuai konteks masyarakat.

Ia mencontohkan pola pelatihan yang hanya berlangsung 3–5 hari, namun tidak berkelanjutan. Setelah itu, kementerian atau lembaga berpindah lokasi ke daerah lain tanpa memastikan tindak lanjut program yang sudah dimulai. 

“Sering kali setelah pelatihan selesai, tidak ada next step. Ketika pindah tempat, yang baru tidak nyambung dengan yang sebelumnya,” tegasnya.

Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan juga memperberat penyebaran pemahaman. Cara komunikasi yang efektif di Jawa, belum tentu berhasil di Papua, Maluku, atau Kalimantan. Karena itu, menurut Samuel, pemerintah dan seluruh stakeholder harus meningkatkan sensitivitas komunikasi agar pesan pembangunan tersampaikan dengan benar.

Ia menambahkan, kreativitas di Indonesia sangat potensial untuk bersaing di tingkat global, tetapi dibutuhkan standar kualitas yang konsisten dan sistem manajemen yang profesional. Mulai dari pengelolaan kreativitas, finansial, distribusi, hingga promosi.

Sebagai legislator yang juga pelaku industri kreatif, Samuel mengaku aktif menghadiri pameran dan kegiatan kreatif di berbagai daerah. Ia mengatakan bahwa kehadirannya bukan semata undangan, melainkan cara dirinya memahami potensi yang bisa dibawa kembali ke dapil dan masyarakat luas.

“Setiap pameran itu stimulan. Saya lihat karya grafis atau kriya tertentu, saya langsung berpikir bagaimana ini bisa dikembangkan oleh mahasiswa atau UMKM di Semarang,” ungkapnya.

Quote