Ikuti Kami

Capai 'Hattrick' di 2024, Pekerjaan Rumah yang Berat

Burhanuddin: Setidaknya ada dua kunci yang menjadi keberhasilan PDI Perjuangan.

Capai 'Hattrick' di 2024, Pekerjaan Rumah yang Berat
Pengamat Politik Burhanuddin Muhtadi. (Foto: gesuri.id/Elva Nurrul Prastiwi)

Jakarta, Gesuri.id - PDI Perjuangan harus bisa melahirkan pimpinan nasional baru dan mempertahankan inklusivitas partai untuk menggaet pemilih muda. Itu harus diraih demi mencapai 'hattrick' kemenangan yang gemilang bagi moncong putih di Pemilu 2024 mendatang. 

Pengamat Politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan, setidaknya ada dua kunci yang menjadi keberhasilan PDI Perjuangan memenangkan dua pemilu berturut-turut. Demikian dilansir dari radarsukabumi, Senin (5/8).

Baca: Siapa Bisa Gantikan Jokowi di Pilpres 2024? Berikut Sosoknya

Pascakekalahan pemilu 2009, PDI Perjuangan mampu mencetak kader-kader unggul untuk mengikuti sejumlah kontestasi pilkada. Burhanuddin menyebut Joko Widodo, Tri Rismaharini, Djarot Saiful Hidayat dan Ganjar Pranowo, merupakan bagian kecil yang menonjol dari keberhasilan itu.

“Ini karena sosok Bu Megawati Soekarnoputri yang menjadi king maker. Beliau menyediakan partai dan memberikan ruang seluas-luasnya kepada kader untuk melahirkan pemimpin-pemimpin lokal hingga nasional,” kata Burhanuddin dalam diskusi Akankah PDI Perjuangan Menang Lagi di Pemilu 2024 di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta Pusat.

Faktor kedua, kata Burhanuddin, PDI Perjuangan pascapemilu 2009 mampu menjadi partai inklusif sehingga bisa menarik pemilih-pemilih nonideologis. Bahkan, kata Burhanuddin, pemilih muslim di garis NU yang biasanya memilih PKB dan PPP, cenderung memilih PDI Perjuangan di Pemilu 2019. 

“Termasuk pemilih Muhammadiyah tertarik untuk memilih PDI Perjuangan dibanding PAN,” jelas Burhanuddin.

Meski demikian, Burhanuddin memberikan catatan untuk dibahas dalam Kongres V PDI Perjuangan di Bali pada Kamis (8/8) nanti. Burhanuddin mengingatkan PDI Perjuangan harus menyiapkan kader untuk menghadapi Pilpres 2024.

Kalau tidak, PDI Perjuangan bisa bernasib sama dengan keterpurukan Demokrat yang setelah Susilo Bambang Yudhoyono, tidak punya kader lain untuk didukung di pemilihan presiden. “Pada 2014, SBY tak bisa maju. Partai juga tidak punya calon yang mumpuni menggantikan SBY. Akhirnya suara partai anjlok 50 persen,” jelas Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia ini.

Burhanuddin juga mengingatkan PDI Perjuangan meski merupakan partai pemenang, tetapi tidak cenderung menjadi dominan dalam kontestasi politik. Menurut Burhanuddin, semua partai yang ada saat ini sifatnya meroket. “Semua partai saat ini jadi papan tengah,” kata dia.

Selain itu, kata Burhanuddin, PDI Perjuangan juga harus mendorong kinerja para anggota legislatifnya. Dengan begitu, ketika caleg berkampanye di daerah-daerah mampu diterima dengan terbuka oleh konstituen masing-masing. 

Sementara itu Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa pihaknya mengedepankan perkembangan kolektif partai dibanding individual kader.

Termasuk dalam Kongres V PDI Perjuangan ini, kata Hasto, pihaknya ingin melakukan evaluasi serta sinkronisasi program, konsolidasi kader, konsolidasi ideologi, sumber daya sekaligus konsolidasi dalam menentukan arah masa depan. 

Baca: Hasto Minta Fraksi PDI Perjuangan Tolak Hak Angket

“Pak Jokowi pernah menyimpulkan bahwa PDI Perjuangan bisa survive karena yang pertama adalah ideologi itu sendiri. Kami bergerak dengan ideologi dan membangun kepentingan-kepentingan partai. Yang kedua kekuatan gorong royong yang dimiliki partai, sehingga tidak punya kabinet selama dua periode pun PDI Perjuangan bisa survive,” kata Hasto.

Dalam aspek kaderisasi, kata Hasto, pihaknya membangun sekolah partai secara masif. Kemudian membangun 110 kantor partai sebagai aset langsung PDI Perjuangan. Menurut dia, hal ini merupakan manajerial PDI Perjuangan dalam mengelola dan mengembangkan partai secara kolektif. 

“Kemudian, kepemimpinan yang terus-menerus membangun organisasi kepartaian jauh lebih penting daripada popularitas orang per orang,” jelas Hasto.

Quote