Ikuti Kami

Muchtar Pakpahan, Aktivis Yang Tak Punya Urat Takut

Deddy Yevri Sitorus turut mengungkapkan duka cita atas wafatnya tokoh buruh Muchtar Pakpahan. 

Muchtar Pakpahan, Aktivis Yang Tak Punya Urat Takut
Dari kiri ke kanan, Muchtar Pakpahan, Rekson Silaban dan Deddy Sitorus pada 1990-an.

Jakarta, Gesuri.id - Politisi PDI Perjuangan Deddy Yevri Sitorus turut mengungkapkan duka cita atas wafatnya tokoh buruh Muchtar Pakpahan. 

Deddy mengungkapkan, dalam perjalanan hidupnya sebagai aktivitis mahasiswa dan pro-demokrasi, ada tiga orang yang sangat berpengaruh dalam pikiran dan tindakannya. Ketiga orang itu adalah  Asmara Nababan (eks Sekjen KOMNAS HAM),  DR. Adnan Buyung Nasution (Ketua YLBHI) dan terakhir DR. Muchtar Pakpahan.

"Saya mengenal Bang Muchtar awalnya sebagai aktivis GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia), lalu intens ketika beliau mulai menggagas Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI)," ujar Deddy.

Baca: April, Kota Bandar Lampung Ditargetkan Jadi Zona Hijau

Deddy melanjutkan, SBSI adalah ujung tombak para aktivis perburuhan saat itu untuk melawan rezim Soeharto. Kehadiran SBSI, ujar Deddy, melengkapi berbagai kelompok dan organisasi yang dibentuk para aktivis pergerakan seperti serikat-serikat petani, nelayan, jurnalis, mahasiswa hingga 'partai politik' seperti PRD.

"Saya mengenal Bang Muchtar sebagai seorang intelektual aktivis yang sederhana, rendah hati, cerdas, gigih, tidak punya urat takut dan pembelajar yang tangguh. Dia seorang dosen, pengacara hingga akhirnya memutuskan menjadi aktivis perburuhan karena muak dengan kekejaman Orde Baru terhadap kaum buruh," papar Deddy. 

Deddy melanjutkan, ketika awal membangun SBSI, setiap kali turun ke daerah Muchtar selalu menggunakan bus atau angkutan umum. Muchtar pun seringkali tidur di terminal bus untuk menunggu kendaraan.

Sebab, ujar Deddy, kala itu tidak ada aktivis yang punya atau sanggup mencarter mobil.

"Selama bertahun-tahun, setiap kali ke Jakarta saya selalu menumpang menginap di kantornya (Muchtar) di sebelah Pasar Burung Pramuka. Dan dari sana pula saya mulai berkenalan intens dengan banyak tokoh nasional seperti almarhum Gus Dur, HJC. Princen, George Aditjondro, Arif Budiman, Mulyana Kusumah, dan lain-lain," ungkap Deddy 

Bisa dikatakan, lanjut Deddy,   Muchtar adalah mentornya yang pertama, hingga kemudian dirinya  memutuskan menjadi aktivis LSM dan berkenalan dengan Asmara Nababan.

Baca: Era Hindu-Buddha Runtuh, Peradaban Nusantara Tergerus

Kini, mentor nya itu telah wafat. Deddy mengaku, almarhum Muchtar terakhir kali mengirim WA pada dirinya di awal Maret 2021. 

"Dan tadi malam, Prof. DR. Muchtar Pakpahan, SH. MA. itu telah kembali ke hadapan Sang Pencipta. Saya tidak menyangka secepat itu dan lalai bahwa ternyata pesan WA yang dikirimkannya tanggal 2 Maret itu adalah pemberitahuan bahwa dirinya menderita kanker dan sedang dirawat. Sungguh menyesal tidak berkesempatan membalas WA apalagi membesuk ke rumah sakit karena saat itu mendekati reses," ungkapnya. 

"Selamat jalan Bang Muchtar, semoga engkau telah damai di surga abadi bersama Yesus. Saya percaya engkau orang baik dan bahkan teramat baik. Sebagai seorang manusia engkau tentu tidak sempurna, semoga Allah Bapa mengampuni segala dosa dan khilaf mu," tambah Anggota DPR dari Dapil Kalimantan Utara itu.

Quote