Ikuti Kami

Rokhmin Dahuri: Hidup Sebuah Misi Spiritual Untuk Meraih Kebahagiaan Abadi

Manusia diciptakan bukan sekadar untuk hidup di dunia yang sementara.

Rokhmin Dahuri: Hidup Sebuah Misi Spiritual Untuk Meraih Kebahagiaan Abadi
Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS, hadir sebagai sosok yang mengingatkan masyarakat akan esensi terdalam dari keberadaan manusia di tengah hiruk-pikuk ambisi dan pencapaian duniawi. 

Menurutnya, hidup bukan sekadar perjalanan singkat di bumi, melainkan sebuah misi spiritual untuk meraih kebahagiaan abadi yang hanya dapat dicapai dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadits.

“Manusia diciptakan bukan sekadar untuk hidup di dunia yang sementara, tetapi untuk meraih kebahagiaan abadi dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadits,” ujar anggota DPR RI periode 2024–2029 ini dalam Quotes Inspirasi Pagi, Selasa (28/10).

Kalimat tersebut, kata Rokhmin, bukan sekadar kutipan, melainkan kompas hidup yang ia pegang erat dalam setiap langkahnya baik sebagai akademisi, pemimpin, maupun hamba Tuhan. Sebagai tokoh yang telah menorehkan jejak dalam dunia kelautan, perikanan, dan pembangunan berkelanjutan, ia tidak pernah memisahkan antara ilmu dan iman. 

Rokhmin percaya bahwa kemajuan teknologi dan ekonomi harus berjalan seiring dengan kemuliaan akhlak dan ketundukan kepada Sang Pencipta.

“Dalam setiap kebijakan yang ia rumuskan, dalam setiap pidato yang ia sampaikan, tersirat pesan bahwa ilmu tanpa nilai spiritual adalah kosong, dan pembangunan tanpa arah ilahi adalah rapuh,” kata Rektor Universitas UMMI Bogor ini.

Dalam pesannya, Rokhmin mengajak umat muslim menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dalam meraih kebahagiaan dan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat dengan cara bertaqwa, yaitu menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.

“Betapa beruntungnya kita menjadi seorang muslim, karena agama Islam yang kita anut merupakan pedoman yang mengatur hidup manusia dari berbagai hal sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an,” ujarnya.

Ia menegaskan, kebahagiaan sejati bukan terletak pada harta, jabatan, atau popularitas, melainkan pada ketenangan hati yang lahir dari kedekatan dengan Allah SWT. 

“Al-Qur’an dan Hadits bukan hanya pedoman ibadah, tetapi juga sumber solusi untuk segala persoalan hidup, dari urusan pribadi hingga tata kelola negara,” tegasnya.

Guru Besar Fakultas Kelautan dan Perikanan IPB University itu juga menekankan pentingnya pendidikan yang menyatukan kecerdasan intelektual dan spiritual. Ia mengajak generasi muda untuk tidak hanya mengejar gelar dan prestasi, tetapi juga membangun karakter yang kokoh berlandaskan nilai-nilai Islam.

“Kita harus mencetak pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga jujur, amanah, dan berorientasi pada akhirat,” ujarnya.

Dalam era digital yang serba cepat, pesan Rokhmin menjadi oase yang menyejukkan. Ia mengingatkan bahwa teknologi hanyalah alat, dan manusia tetap harus menjadi subjek yang sadar akan tujuan hidupnya.

“Jangan sampai kita sibuk membangun dunia, tetapi lupa menyiapkan bekal untuk akhirat,” tuturnya dengan nada lembut namun penuh makna.

Melalui keteladanan hidupnya, Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2001–2004 itu mengajarkan bahwa kebahagiaan abadi bukanlah utopia, melainkan janji Allah bagi mereka yang istiqamah. Ia mengajak semua pihak untuk kembali kepada sumber cahaya, menjadikan Al-Qur’an dan Hadits sebagai pelita dalam gelapnya zaman, dan meniti jalan abadi dengan penuh harapan.

Ia menegaskan bahwa Al-Qur’an merupakan mukjizat yang tetap relevan hingga akhir zaman, termasuk dalam mengatasi permasalahan kehidupan manusia modern abad ke-21.

“Sebagai contoh, permasalahan individu manusia: stres (tekanan jiwa), gelisah, cemas, frustasi, bunuh diri, dan melakukan tindakan kriminal → Solusi antara lain: QS. Ar-Ra’d (13): 28,” jelasnya.

Terkait persoalan kolektif masyarakat, bangsa, dan dunia, Rokhmin memaparkan sejumlah solusi yang bersumber dari Al-Qur’an. 

“Pertama, kemiskinan. Solusi: tugas pemerintah bersama warga negara yang kaya (aghniya) untuk membuat seluruh rakyatnya bekerja (yang usia produktif, 15–64 tahun), dan hidup sejahtera secara berkeadilan (QS. Quraisy [106]: 4; QS. Al-Ma’un [107]: 2,3, dan 7).”

“Kedua, ketimpangan ekonomi (kesenjangan kaya vs miskin) semakin melebar → Solusi: (1) Rukun Islam ke-5 (membayar zakat) (QS.2:43); (2) larangan menumpuk harta (QS. Al-Humazah [104]:2) dan hidup bermegah-megah (QS. At-Takasur [102]:1); dan (3) infaq, shodaqoh, dan waqaf (QS.3:133–135).”

“Ketiga, triple ecological crisis (polusi, kehilangan keanekaragaman hayati, dan pemanasan global) akar masalahnya adalah karena laju pembangunan melampaui daya dukung wilayah. Solusi: manusia harus hidup sederhana, hemat, dan merawat lingkungan hidup (QS.2:11).”

Selain itu, Rokhmin juga menyoroti meningkatnya tensi geopolitik dunia yang memicu perang, inflasi, dan resesi global. “Solusi: QS. Al-Hujurat (49):13,” ujarnya.

Terakhir, ia menekankan pentingnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berlandaskan iman dan takwa. 

“Solusi: QS. Al-‘Alaq (96):1; QS. Al-Mujadilah (58):11; dan QS. Az-Zumar (39):9,” pungkas Dosen Kehormatan Mokpo National University, Korea Selatan itu.

Quote