Ikuti Kami

Santri Muda NU Lily Faidatin: Soeharto Bukan Pahlawan, Luka Perempuan di Era Orba Belum Sembuh

Aktivis Gen Z NU menolak keras wacana pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 RI, Soeharto.

Santri Muda NU Lily Faidatin: Soeharto Bukan Pahlawan, Luka Perempuan di Era Orba Belum Sembuh
Aktivis Gen Z NU Lily Faidatin (tengah) - Foto: Capture Youtube TV 9 Nusantara

Ciputat, Gesuri.id – Santri muda Nahdlatul Ulama (NU) dan aktivis Gen Z, Lily Faidatin, menolak keras wacana pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 RI, Soeharto. Ia menyebut langkah itu sebagai bentuk ketidakadilan terhadap korban kekerasan, terutama perempuan yang menjadi korban pelanggaran HAM di era Orde Baru.

“Sebagai perempuan, saya merasakan betapa perihnya mendengar cerita para ibu dan aktivis yang menjadi korban kekerasan seksual dan kekerasan politik di masa Orde Baru. Kalau Soeharto dijadikan pahlawan, itu seperti menghapus luka mereka,” tegas Lily dalam diskusi publik “NU, PNI, dan Kekerasan Orde Baru” di Ciputat, Jumat (7/11) sore.

Lily menyinggung kisah tragis perempuan yang dituduh sebagai simpatisan Gerwani atau PKI, yang mengalami penyiksaan, pemerkosaan, dan pembunuhan brutal di masa Soeharto berkuasa.

“Banyak perempuan jadi korban hanya karena stigma politik. Mereka diperkosa, dibunuh, dan keluarganya diasingkan. Lalu sekarang kita mau sebut pelakunya pahlawan? Rasanya tidak adil,” ujarnya dengan nada getir.

Menurut Lily, perjuangan korban dan keluarga korban masih terus berlangsung hingga kini, terlihat dari konsistensi Aksi Kamisan yang digelar setiap Kamis di depan Istana Negara.

“Itu bukti bahwa luka Orde Baru belum sembuh. Aksi Kamisan adalah ingatan kolektif bangsa terhadap ketidakadilan yang belum tuntas,” kata Lily.

Ia menegaskan, jika Soeharto dianggap pahlawan, maka itu hanya berlaku bagi kelompok kecil yang diuntungkan oleh praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di masa Orde Baru.

“Mungkin Soeharto memang pahlawan bagi keluarganya atau kelompoknya sendiri, karena di masa itu KKN luar biasa. Tapi bagi rakyat dan korban, Soeharto tetap simbol penindasan,” ujar Lily.

Sebagai santri muda NU, Lily juga menekankan pentingnya nilai kemanusiaan dan keadilan yang diajarkan oleh Gus Dur sebagai teladan pemimpin bangsa.

“Kalau ditanya siapa presiden terbaik, saya jawab Gus Dur. Bukan karena saya santri, tapi karena beliau memperjuangkan demokrasi dan kemanusiaan. Nilai-nilai itu yang harus kita rawat,” pungkasnya.

Quote