Ikuti Kami

Sejarah Sumpah Pemuda: Makna, Isi, Panitia, dan Tokoh-Tokohnya

Nilai-nilai Sumpah Pemuda seperti gotong royong, cinta tanah air, persatuan, tanggung jawab, musyawarah masih relevan hingga kini

Sejarah Sumpah Pemuda: Makna, Isi, Panitia, dan Tokoh-Tokohnya
Ilustrasi Sumpah Pemuda - Foto: Museum Sumpah Pemuda

Jakarta, Gesuri.id - Sumpah Pemuda merupakan tonggak penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa bersejarah ini menjadi simbol tekad para pemuda untuk bersatu — menyatukan tanah air, bangsa, dan bahasa Indonesia. Ikrar itu menandai lahirnya kesadaran nasional dan menjadi dasar bagi berdirinya negara Republik Indonesia pada 1945.

Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya — seperti gotong royong, cinta tanah air, persatuan, tanggung jawab, musyawarah, dan cinta damai — masih relevan untuk diamalkan hingga kini.

Latar Belakang dan Sejarah Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda lahir dari Kongres Pemuda II, yang digagas oleh Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan dihadiri berbagai organisasi pemuda.

Organisasi yang hadir antara lain Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Pemoeda Indonesia, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Sekar Rukun, Jong Ambon, dan Pemuda Kaum Betawi.

Kongres berlangsung pada 27–28 Oktober 1928 dalam tiga kali rapat di tiga tempat berbeda. Setiap rapat membahas isu penting tentang pendidikan, nasionalisme, dan semangat persatuan.

1. Rapat Pertama (Sabtu, 27 Oktober 1928)

Rapat pertama diadakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng.
Ketua Kongres, Soegondo Djojopoespito, membuka acara dengan harapan agar kongres memperkuat semangat persatuan di kalangan pemuda.

Mohammad Yamin kemudian memaparkan gagasannya tentang arti persatuan. Ia menyebut lima faktor utama yang memperkuat kesatuan bangsa: sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

2. Rapat Kedua (Minggu, 28 Oktober 1928, pagi)

Rapat kedua berlangsung di Gedung Oost-Java Bioscoop, dengan topik utama tentang pendidikan nasional.
Dua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, menegaskan pentingnya pendidikan yang menanamkan semangat kebangsaan dan demokrasi sejak dini. Mereka juga menekankan perlunya keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah.

3. Rapat Ketiga (Minggu, 28 Oktober 1928, sore)

Rapat penutupan digelar di Gedung Indonesische Clubhuis Kramat, yang kini dikenal sebagai Gedung Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta.

Pada sesi ini, Soenario Sastrowardoyo berbicara tentang pentingnya nasionalisme, demokrasi, dan gerakan kepanduan sebagai bagian dari perjuangan bangsa.

Ramelan menambahkan bahwa kepanduan akan membentuk generasi muda yang disiplin, mandiri, dan siap berjuang untuk tanah air.

Di penghujung rapat, dibacakanlah hasil rumusan kongres yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda.
Sebelum kongres ditutup, Wage Rudolf Soepratman memperdengarkan lagu ciptaannya “Indonesia Raya” dengan biola. Lagu itu disambut meriah oleh para peserta dan kelak diresmikan sebagai lagu kebangsaan Indonesia.

Struktur Panitia Kongres Pemuda II

Kongres Pemuda II diselenggarakan oleh panitia berikut:

Ketua: Soegondo Djojopoespito (PPPI)

Wakil Ketua: R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)

Sekretaris: Mohammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)

Bendahara: Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)

Pembantu I: Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)

Pembantu II: R. Katja Soengkana (Pemuda Indonesia)

Pembantu III: R.C.L. Senduk (Jong Celebes)

Pembantu IV: Johannes Leimena (Jong Ambon)

Pembantu V: Rochjani Soe’oed (Pemuda Kaum Betawi)

Makna dan Nilai-Nilai Sumpah Pemuda
1. Menyatukan Perjuangan Bangsa Indonesia

Sumpah Pemuda menjadi titik balik perjuangan anak-anak muda dari berbagai daerah yang sebelumnya berjuang sendiri-sendiri. Mereka bersatu dengan tekad dan semangat yang sama demi kemerdekaan Indonesia.
Semangat ini harus terus dihidupkan dan diwariskan kepada generasi muda masa kini.

2. Kebanggaan terhadap Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia, yang berasal dari Bahasa Melayu, dipilih sebagai bahasa persatuan.
Bahasa ini menjadi alat komunikasi yang mempersatukan bangsa dari Sabang sampai Merauke, sebagaimana tertuang dalam Pasal 36 UUD 1945. Di era modern, menjaga bahasa Indonesia berarti menjaga jati diri bangsa.

3. Menjaga Keutuhan dan Persatuan Bangsa

Makna Sumpah Pemuda juga menegaskan pentingnya menjaga keutuhan NKRI.
Generasi muda perlu memahami sejarah dan menanamkan nilai nasionalisme agar tidak tergerus arus globalisasi.
Teknologi dan kemajuan zaman harus dimanfaatkan untuk memperkuat rasa cinta tanah air, bukan sebaliknya.

Tokoh-Tokoh Penting di Balik Kongres Pemuda II
1. Mohammad Yamin

Lahir di Minangkabau tahun 1903, Yamin adalah penyair dan intelektual yang menyusun naskah Sumpah Pemuda.
Ia menegaskan pentingnya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan berperan besar dalam menumbuhkan semangat nasionalisme di kalangan pemuda.

2. Sarmidi Mangoensarkoro

Aktivis pendidikan kelahiran 1904 ini menekankan pentingnya pendidikan kebangsaan dan demokratis.
Dedikasinya membuat ia dipercaya menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1949–1950).

3. Theodora Athia Salim (Dolly Salim)

Putri dari Haji Agus Salim ini turut mengumandangkan lagu Indonesia Raya dengan biola pada Kongres Pemuda II.
Untuk menghindari larangan polisi Belanda, ia mengganti kata “merdeka” menjadi “mulia” agar lagu itu tetap bisa dimainkan.

4. Amir Sjarifuddin Harahap

Bendahara Kongres Pemuda II sekaligus aktivis Jong Batak Bond.
Dikenal sebagai sosok cerdas dan berani, ia kelak menjadi Menteri Pertahanan dan Perdana Menteri Indonesia pada masa revolusi.

5. Wage Rudolf Soepratman

Pencipta lagu Indonesia Raya, wartawan, dan komponis yang memperdengarkan lagu itu pertama kali dalam bentuk instrumental di Kongres Pemuda II.

6. Soenario Sastrowardoyo

Tokoh pergerakan nasional dan penasihat panitia kongres.
Ia membawakan makalah berjudul “Pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia” yang mempertegas pentingnya persatuan dan kesadaran kebangsaan.

7. Dr. Johannes Leimena

Aktif di organisasi Jong Ambon, Leimena menjadi anggota panitia kongres dan kelak menjadi salah satu tokoh penting dalam pemerintahan Indonesia pasca-kemerdekaan.

8. Soegondo Djojopoespito

Ketua Kongres Pemuda II, tokoh muda yang berperan besar dalam mempersatukan berbagai organisasi pemuda.
Bersama Yamin dan rekan-rekannya, Soegondo melahirkan ikrar “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa Indonesia.”

9. Djoko Marsaid

Wakil Ketua Kongres sekaligus Ketua Jong Java. Meski namanya jarang disebut, perannya dalam mendampingi jalannya kongres sangat penting bagi keberhasilan peristiwa bersejarah ini.

Penutup

Sumpah Pemuda bukan sekadar peristiwa sejarah, melainkan janji suci para pemuda untuk bersatu dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Dari kongres inilah lahir semangat nasionalisme yang membakar perjuangan bangsa hingga meraih kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Sebagai generasi penerus, kita wajib menjaga dan mengamalkan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan sehari-hari — dengan tetap bersatu, berbahasa Indonesia dengan bangga, dan mencintai tanah air dengan sepenuh hati.

“Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa: Indonesia.”

Diolah dari sumber: Gramedia.com

*Tulisan ini merupakan rangkaian kegiatan Merah Muda Fest 2025 untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda 2025 yang akan diselenggarakan Selasa 28 Oktober 2025 di Sekolah Partai DPP PDI Perjuangan Jakarta dan Sabtu 1 November 2025 di GOR Among Rogo Yogyakarta.

Quote