Ikuti Kami

Dari Infus Tak Terjangkau hingga Selang Darurat, Pelajaran Medis dari Lapangan Bencana

Pada hari kedua evakuasi, banyak korban mengalami dehidrasi dan sesak napas.

Dari Infus Tak Terjangkau hingga Selang Darurat, Pelajaran Medis dari Lapangan Bencana
Ketua Baguna DPC PDI Perjuangan Sidoarjo dr. Fitria Rismala Dewi sharing session pengalaman menangani bencana dipandu Ketua DPP PDI Perjuangan Tri Rismaharini - Foto: Youtube DPP PDI Perjuangan

Jakarta, Gesuri.id - Sesi berbagi pengalaman antara Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Penanggulangan Bencana Tri Rismaharini dan Ketua Baguna DPC PDI Perjuangan Sidoarjo dr. Fitria Rismala Dewi dalam Seminar Mitigasi Bencana dan Pertolongan Korban yang digelar Baguna DPP PDI Perjuangan membuka mata peserta tentang kompleksitas penanganan medis di lokasi bencana.

Dalam sesi dialog yang dipandu langsung oleh Risma, dr. Fitria mengungkap tantangan terberat yang dihadapinya saat menangani korban yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan selama berhari-hari.

Ia menjelaskan, pada hari kedua evakuasi, banyak korban mengalami dehidrasi dan sesak napas. Namun kondisi reruntuhan membuat tindakan medis standar seperti pemasangan infus menjadi hampir mustahil.

“Ruangannya hanya sekitar 10 sampai 15 sentimeter, kepala saya saja tidak bisa masuk,” ungkap dr. Fitria di Jakarta International Equestrian Park (JIEP) Pulo Mas. Jakarta Timur, Jumat (19/12).

Risma menanggapi dengan pengalaman serupa yang pernah ia temui, di mana korban seharusnya bisa diselamatkan namun meninggal karena tidak adanya pengetahuan dasar penanganan medis darurat di lokasi bencana.

Dalam kondisi tersebut, dr. Fitria dan tim Basarnas sempat berdiskusi mengenai pemberian cairan. Usulan air kelapa ditolak karena alasan sterilitas, mengingat korban sudah dalam kondisi sangat lemah.

Berbekal pengetahuan medis dan improvisasi, dr. Fitria kemudian memanfaatkan cairan rehidrasi oral seperti oralit dan pedialit. Namun tantangan berikutnya muncul karena korban tidak bisa minum secara normal.

Ia lalu mengambil keputusan darurat dengan memodifikasi selang infus menjadi alat bantu minum. Selang dipotong dan digunakan untuk menyalurkan cairan secara perlahan ke korban yang terjebak di balik reruntuhan.

“Awalnya saya coba sendiri, ternyata bisa. Baru kemudian kami gunakan untuk korban yang posisinya berjejer di bawah reruntuhan beton seperti kereta api,” jelasnya.

Upaya tersebut berhasil menyelamatkan puluhan korban yang terisolasi di tiga titik berbeda, dengan jumlah korban mencapai lebih dari 20 orang.

Risma menegaskan bahwa pengalaman tersebut menjadi pelajaran penting bagi Baguna dan relawan bencana. Ia mendorong agar perlengkapan rehidrasi oral disiapkan dan disimpan di daerah rawan bencana sebagai langkah pertolongan awal ketika tenaga medis belum tersedia.

“Ini pengalaman lapangan yang sangat berharga dan harus kita siapkan sebagai standar penanganan darurat,” tegas Risma.

Sesi berbagi ini pun diakhiri dengan pesan: mitigasi bencana tidak hanya soal alat berat dan evakuasi, tetapi juga pengetahuan medis sederhana yang bisa menyelamatkan nyawa dalam kondisi paling terbatas.

Quote