Ikuti Kami

Ketum PBNU Puji Persahabatan PDI Perjuangan dan NU

NU dan PDI Perjuangan sudah bergandengan tangan sejak Indonesia berdiri dan merdeka.

Ketum PBNU Puji Persahabatan PDI Perjuangan dan NU
Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama (NU) KH Said Aqil Siroj tengah asyik mengobrol dengan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto di Jakarta, Selasa (8/10). Foto: Gesuri.id/ Elva Nurrul Prastiwi.

Jakarta, Gesuri.id - Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama (NU) KH Said Aqil Siroj menyatakan organisasi keislaman terbesar di Indonesia itu sangat bersahabat dengan PDI Perjuangan yang berakar dari Proklamator RI Bung Karno.

Menurut tokoh agama yang akrab disapa Kiai Said ini, NU dan PDI Perjuangan sudah bergandengan tangan sejak Indonesia berdiri dan merdeka.

Baca: PDI Perjuangan & NU Kolaborasi Tangkal Radikalisme

"Antara NU dengan PDI Perjuangan yang nasionalis sangat-sangat bersahabat. Jika seandainya tidak bergandengan santri dan nasionalis, belum tentu merdeka Indonesia," kata Kiai Said di hadapan lebih dari seribu santriwan dan santriwati di Pondok Pesantren Al Tsafaqah dalam acara silaturahmi santri dengan DPP PDI Perjuangan, Selasa (8/10).

Rombongan PDI Perjuangan dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto, bersama sejumlah kader partai diantaranya adalah Gus Nabiel Haroen yang juga Ketua Pencak Silat NU Pagar Nusa, Sekjen Baitul Muslimin Indonesia Gus Falah Amru yang hadir bersama Wasekjennya Rahmat Sahid, dan beberapa anggota DPRD DKI Jakarta.

Pada kesempatan itu, Kiai Said bercerita dahulu Bung Karno selalu banyak meminta masukan dari para kiai NU. Salah satunya adalah KH Wahab Chasbullah yang ditemui Bung Karno pada 1948. Saat itu kondisi negara sedang berada di ambang perpecahan. Dari keduanya, lahirlah istilah halal bihalal yang hingga saat ini dipakai.

"Saat itu terminologi halal bihalal muncul dari Kiai Wahab untuk menjawab permintaan Bung Karno untuk adanya silaturahmi antartokoh," ungkap Kiai Said.

Pada kesempatan itu, di hadapan para santri, Kiai Said menegaskan NU menolak NKRI bersyariah. Diceritakannya kisah saat KH Wahid Hasyim ber-istiqarah dan setuju dihapusnya tujuh kata dari Piagam Jakarta. Dengan sebuah visi bahwa lebih penting memastukan Indonesia yang kuat terlebih dahulu.

Menurut Kiai Said, yang sangat penting adalah justru NU dan Nasionalis yang memang sudah ada sejak NKRI berdiri.

"Bahwa NKRI, Pancasila, dan UUD 1945 sudah final. Maka lebih baik kita isi saja kemerdekaan ini dengan amal-amal Islam," ujar Kiai Said.

"Jadi persahabatan NU dengan kaum Nasionalis sangat penting harus kita jaga. Kalau tidak nanti kita seperti Timur Tengah," sambungnya.

Sementara itu, Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengatakan ada sejarah panjang antara Soekarnois dengan Nahdliyin. 

Maka itu, bisa dipahami banyak pihak yang tak senang ketika keduanya bersatu.

Baca: Bung Karno dan NU Sepakat Jadikan Indonesia Darussalam

"Ketika Soekarnois dan Nahdliyin bersatu, banyak pihak tidak senang. Kita harus menjawab tantangan ini bersama-sama," kata Hasto.

"Maka fitnah bahwa PDI Perjuangan anti Islam sudah jelas tak benar. Bagaimana mungkin anti Islam, terbukti PDI Perjuangan dekat dengan NU," tandasnya.

Quote