Ikuti Kami

Menggugat Keputusan Megawati, Bentuk Pelanggaran Tertinggi 

Dalam sejarah panjang PDI Perjuangan, sudah begitu banyak kader yang melakukan tindakan "bunuh diri".

Menggugat Keputusan Megawati, Bentuk Pelanggaran Tertinggi 
Ketua DPD BMI Kalimantan Utara, Ronald Da Gomez. (Istimewa)

Jakarta, Gesuri.id - Ketua DPD BMI Kalimantan Utara, Ronald Da Gomez, mengatakan menggugat Surat Keputusan Megawati adalah bentuk Pelanggaran Tertinggi sebagai Kader.

Baca: Tiga Direksi Transjakarta Ini Harus Segera Dicopot

Ia mencatat dalam sejarah panjang PDI Perjuangan, sudah begitu banyak kader yang melakukan tindakan "bunuh diri" dengan menggugat Keputusan DPP. 

Ia mencontohkan beberapa politikus senior seperti:

1. Eros Djarot, politikus senior sekaligus pencipta lagu terkenal dalam kongres  1 PDI Perjuangan di Semarang tahun 2000. Eros Gagal kemudian keluar dan Mendirikan PNBK..  Dimanakah PNBK hari ini? 

2. Dimyati Hartono dalam Kongres yang sama, kemudian meninggalkan PDI Perjuangan dan mendirikan Partai Indonesia Tanah Air Kita..  Dimanakah PITA hari ini? 

3. Gejolak lebih besar di tahun 2005 di kongres II ketika  sejumlah kader senior melakukan pergolakan yang dimotori Laksamana Sukardi dan Roy B.B Janis,  Arifin Panigoro, Sukawaluyo Mintohardjo, Noviantika Nasution, Sophan Sophiaan dll. Mereka lalu dipecat dan mendirikan PDP (Partai Demokrasi Pembaharuan). Dimanakah PDP hari ini?

 

"Masih banyak rangkaian "pembangkangan" yang dilakukan sejumlah kader di level yang lebih kecil, seperti dalam hasil Pemilu Legislatif atau terkait posisi di DPRD," ujarnya kepada Gesuri, Senin (13/12).

Menurutnya, kader PDI Perjuangan secara sadar dan mau sudah terikat kontrak untuk mengabdikan diri dan patuh sepenuh-penuhnya pada instruksi Partai. Kita terikat dengan semangat Loyalitas, satu Komando dan Setia pada Sumbernya. Kader partai ini dibina dengan jiwa bela rasa, Tenggang rasa, gotong royong, one for all, all for one. Apa yang menjadi instruksi partai sudah melalui kajian bertingkat yang tidak bisa dicerna dengan mata awam.

"Ada proses diskusi-eksekusi-evaluasi yang dibangun secara bertahap dalam setiap pengambilan keputusan.  Menyerap aspirasi dari bawah, mendengar dari pihak-pihak terkait, kemudian memberikan evaluasi untuk diperbaiki, selanjutnya dalam jangka waktu yang terukur memonitor. Jika tidak ada perubahan tentu ada tindakan yang diambil sesuai Aturan Organisasi," jelasnya.

Baca: Usut Tuntas Direksi TransJakarta Nonton Tarian Perut !

Ia mengingatkan kader jangan merasa lebih besar dari Partai, haram hukumnya.  Partai ini sudah kenyang asam garam perjuangan. Kita berbeda dari partai lain, ada marwah yang harus dijaga, ada garis ideologis dan garis kepatuhan yang tidak bisa diganggu gugat. Itulah disiplin kader.

Sehingga bagi kader, lanjutnya, butuh kemampuan reflektif yang mendalam apabila terganggu dengan perintah Partai. Butuh kesabaran Revolusioner.

"Jangan gegabah, jangan mudah terpancing dengan provokatif dari pihak-pihak di luar sana. Yakinlah, mereka tidak sedang peduli, percayalah mereka sedang mengakumulasi kepentingan politik mereka dengan pura-pura Peduli kepada anda. Ukurannya dimana? Gampang banget.. waktu Pemilu kemarin Anda didukung tidak? Atau selama anda menduduki kursi sekian periode pernah terlibat mendukung anda tidak?  Sesederhana itu," tandasnya. 

Ronlad menambahkan pesan Ali Bin Abi Thalib jelas: "Jangan membuat keputusan ketika sedang marah, Jangan membuat janji sewaktu sedang Gembira". 

Quote