Ikuti Kami

Pancasila Dalam Sudut Pandang Seni Dan Budaya

"Bulan Bung Karno, menjadi cara PDI Perjuangan mengajak anak muda untuk memaknai Pancasila dalam bentuk kekinian".

Pancasila Dalam Sudut Pandang Seni Dan Budaya
Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan menggelar takshow dan seni dengan mengambil topik hangat yaitu Pancasila Dalam Sudut Pandang Seni dan Budaya. 

Jakarta, Gesuri.id - Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan menggelar takshow dan seni dengan mengambil topik hangat yaitu Pancasila Dalam Sudut Pandang Seni dan Budaya. 

Baca: Pancasila Membuat Indonesia Terhindar dari Konflik SARA

Acara tersebut dalam rangka memperingati hari lahir Pancasila dan Bulan Bung Karno, pada Selasa (1/6).

Talkshow dibuka oleh Panitia Pengarah Bulan Bung Karno PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat. Ia menjelaskan diskusi digelar dalam rangka mengajak anak muda Indonesia untuk berani secara kreatif dan cerdas memaknai Pancasila dalam bentuk kekinian dan modern tanpa meninggalkan spirit sejarah.

"Bulan Bung Karno, menjadi cara PDI Perjuangan mengajak anak muda untuk memaknai Pancasila dalam bentuk kekinian, modern, tanpa meninggalkan spirit sejarah," jelas Djarot. 

Selain itu, seorang musisi sekaligus komposer Addie MS, juga Garin Nugroho Riyanto seorang sutradara dan budayawan menjadi Narasumber utama dalam talkshow perdana Bung Karno Series ini.

Addie MS pada posisinya sebagai musisi mengutarakan, bahwa Pancasila sampai kapanpun akan menjadi solusi untuk negeri Indonesia yang bhineka ini, dengan adanya sila ke-tiga persatuan Indonesia merupakan sebuah solusi untuk Indonesia di masa kini dan masa yang akan datang. 

"Justru lebih perlu lagi, kalau kita lihat teknologi informasi di era globalisasi ini membanjiri masyarakat, apapun informasi yang di inginkan akan datang sendiri. Dengan adanya Pancasila, ini sebagai alat pemersatu, bahwa dengan informasi apapun yang kita dapat, jangan lupa akan persatuan. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kalua Pancasila itu tidak ada,” ujar Addie.

Ia menambahkan bahwa memanggil Pancasila yang sudah ada di bumi Indonesia dengan cara yang halus dan tajam, sehingga apa yang para seniman lakukan sekarang ini adalah memekarkan atau mengharumkannya Kembali di masyarakat.

Ia mencontohkan lagu anak-anak yang berjudul Pelangi-pelangi, sudah jarang terdengar di televisi-televisi, beda dengan zaman dulu Ketika disiarkan oleh TVRI semuanya ikut satu suara menyanyikan. Namun sekarang tidak bisa lagi seperti itu, karena zaman sudah semakin modern dan sudah majemuk, kemudian hal ini sudah terejawantahkan pada porsi geraknya masing-masing sesuai dengan perannya.

Addie menilai, justru dengan adanya perbedaan sudut pandang dan gerak masing-masing merupakan aset, terlebih dalam dunia seni. Namun hal yang paling penting adalah bagaimana menghadirkan Kembali, membangkitkan Kembali spirit Pancasila di era kekinian. Dalam hal seni misalnya bagaimana lagu-lagu zaman dulu yang mengajarkan nasionalisme itu di aransmen ulang dengan nada dan music yang khas dengan zaman sekarang,

“Bagaimana semangat Pancasila ini di hadirkan, semangat perjuangan dihadirkan di era ke kinian dengan cara masing-masing sesuai dengan posisi dan kedudukannya masing-masing. Semisal lewat lagu anak-anak tadi itu di aransmen ulang,” tambah Addie.

Sudut pandang yang tak jauh berbeda diungkapkan juga oleh seorang sutradara dan budayawan Garin Nugroho, ia menilai Pancasila yang kita anut sebagai dasar negara sampai hari ini mempunyai nilai dan aspek seni, bahkan para seniman juga ikut andil dalam merumuskan Pancasila. 

“Pancasila itu justru berbasis nilai-nilai seni, para penggodog Pancasila itu banyak para senimannya, kalua gak ada senimannya malah Pancasila gak akan jadi. Contohnya Muhammad Yamin, bapak sonata. Itu baru satu. Muhammad hatta, ngasih istrinya aja buku. Soekarno? Bahkan dianggap seperti bapak teater,” ujar Garin.

Garin mengungkapkan bahwa nilai-nilai yang membentuk Pancasila itu tidak terlepas dari nilai dan unsur budaya.

Baca: Puan: Indonesia Terus Ada Selama Pancasila Ada di Hati Kita

“Jadi proses Pancasila adalah proses budaya, Bahasa aja, kata Pancasila misalnya dalam membahasakan ada yang diambil dari Bahasa sutasoman misalnya, ada yang dari Bahasa sangsekerta. Karena soekarno sendiri sangat dekat dengan orang-orang ahli Bahasa,” tambah Garin.

Program talkshow & seni BKNP PDI Perjuangan dengan tema besar “Bung Karno Series hadir setiap hari pada bulan Juni pukul 16.30 WIB, tayang selama satu bulan penuh, dan dapat diikuti melalui kanal Youtube: BKNP PDI Perjuangan, Instagram: BKNPusat dan Facebook: Badan Kebudayaan Nasional Pusat.

Quote