Ikuti Kami

PDI Perjuangan Banyuwangi Doakan Bung Karno & Taufiq Kiemas

PDI Perjuangan Banyuwangi menggelar halalbihalal dan tahlil kebangsaan di Pondok Pesantren Mabadiul Ihsan, Tegalsari, Selasa (11/6). 

PDI Perjuangan Banyuwangi Doakan Bung Karno & Taufiq Kiemas
PDI Perjuangan Banyuwangi menggelar halalbihalal dan tahlil kebangsaan di Pondok Pesantren Mabadiul Ihsan, Tegalsari, Selasa (11/6). 

Banyuwangi, Gesuri.id -  PDI Perjuangan Banyuwangi menggelar halalbihalal dan tahlil kebangsaan di Pondok Pesantren Mabadiul Ihsan, Tegalsari, Selasa (11/6). 

Ketua DPC PDI Perjuangan Banyuwangi I Made Cahyana Negara mengatakan, halalbihalal merupakan tradisi yang baik untuk menjaga tali silaturahim di antara kader partai dengan masyarakat. 

Baca: Wujudkan Permintaan Sri Mulyani, Ini Langkah Ganjar

"Mari kita saling memaafkan dan ke depan terus bergotong royong meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat," kata Made.

Made pun menyampaikan terima kasih kepada seluruh jajaran partai atas kerja keras dan gotong royongnya sehingga PDI Perjuangan mampu mempertahankan kemenangan di Banyuwangi. Bahkan jumlah perolehan kursi DPRD bertambah dari 10 kursi menjadi 12 kursi.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, halalbihalal bukan hanya merupakan tradisi, namun memiliki makna historis yang penting untuk rekonsiliasi nasional.

"Halalbihalal juga bagian dari karakter gotong royong yang melekat di bangsa kita," ungkap Azwar Anas yang juga kader PDI Perjuangan ini.

Anas kembali menyampaikan tentang munculnya istilah "halalbihalal" di Indonesia yang merupakan hasil dialog Presiden Sukarno dan salah seorang pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Wahab Chasbullah. Ketika di awal kemerdekaan, situasi politik memanas. Sejumlah pemberontakan juga terjadi di beberapa daerah.

"Dalam kondisi demikian, Bung Karno lantas mengundang para ulama. Di antaranya adalah KH Wahab Chasbullah. Dari pertemuan itulah tercetus gagasan halal bihalal, karena dimaksudkan untuk menghalalkan dan menghapus dosa permusuhan di antara sesama anak bangsa ketika itu," ujar Anas.

Walhasil, para tokoh nasional yang awalnya terlibat pertentangan politik bisa bertemu dalam nuansa yang damai pada saat halalbihalal Idul Fitri 1948.

"Hingga saat ini, halalbihalal tetap relevan untuk menjadi media rekonsiliasi, termasuk masa-masa saat ini," papar Anas.

Acara tersebut tak hanya diiisi oleh Halalbihalal, tapi juga dirangkai dengan tahlil kebangsaan untuk mendoakan para tokoh bangsa, mulai Presiden Sukarno, KH. Hasyim Asy'ari, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan Taufiq Kiemas.

"Beliau-beliau adalah tokoh bangsa yang berjuang keras merajut keindonesiaan," ujar Anas.

Baca: Halalbihalal, Ganjar-Yasin Dihibur Nyanyian Sahabat Difabel

Acara tersebut sekaligus untuk memperingati haul mantan ketua MPR Taufik Kiemas yang wafat 8 Juni 2013 lalu.

"Pak Taufiq Kiemas berjasa dengan gagasannya untuk mendorong pemahaman terhadap 4 pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Dengan gagasan tersebut, Pak Taufik ingin menguraikan pentingnya menjaga NKRI dengan mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara," ujar Anas.

Quote