Ikuti Kami

PDI Perjuangan: Majalah Tempo Abaikan Etika dan Budaya

PDI Perjuangan merespons negatif atas berbagai karikatur yang disampaikan oleh Majalah Tempo terhadap sosok Presiden Joko Widodo.

PDI Perjuangan: Majalah Tempo Abaikan Etika dan Budaya
Sampul depan Majalah Tempo.

Jakarta, Gesuri.id - PDI Perjuangan merespons negatif atas berbagai karikatur yang disampaikan oleh Majalah Tempo terhadap sosok Presiden Joko Widodo.

Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menyatakan bahwa pihaknya sangat menghormati kritik sebagai esensi penting dalam demokrasi. Namun etika jurnalistik tetap harus dikedepankan.

Baca: Budiman : Langgar Etika, UAS Harus Minta Maaf

"Demokrasi memerlukan estetika, perlu pemahaman terhadap kebudayaan bangsa, sehingga tampilan karikatur Majalah Tempo terhadap Presiden Jokowi dalam beberapa edisi terakhir sangat disesalkan" katanya di Jakarta, Selasa (8/10).

Menurut Politisi asal Yogyakarta itu, apa yang disampaikan oleh media Tempo tersebut sudah tidak lagi menampilkan pesan jurnalistik yang mencerdaskan dan membangun peradaban, namun sudah menampakkan kepentingan tertentu yang disertai framing kepada pembaca.

"Ketika media tersebut memberikan kritik yang begitu tajam terhadap PDI Perjuangan kami menerimanya sebagai bagian dari kritik dan kami lakukan otokritik, namun ketika simbol negara Presiden Republik Indonesia dibuat karikatur tersebut, kami sangat menyesalkan. Karikatur Presiden Jokowi tersebut cermin kemunduran kualitas jurnalistik karena minus kebajikan," ungkapnya.

Hasto berharap, sebaiknya Tempo menyampaikan pemberitaan berimbang ‘cover both sides’, dan sebagai media yang berada di wilayah Indonesia, untuk memelajari kembali sejarah pers nusantara, pers yang membawa pelita harapan, mencerdaskan, dan memajukan kesejahtetaan umum.

"Terkait dengan revisi UU KPK suara DPR dan Pemerintah Bulat. Jalankan undang-undang baru tersebut, kita monitor, cermati, dan kita semua punya tanggung jawab untuk memberantas korupsi. Presiden Jokowi tidak akan tingal diam memberantas korupsi, ada atau tidak ada undang-undang," paparnya.

"Sebab korupsi adalah kejahatan kemanusiaan. Namun dengan revisi tersebut, ke depan tidak ada lagi penyalahgunaan kewenangan yang selama ini banyak terjadi," Sambung Hasto.

Baca: TAP MPR Tentang Etika Kehidupan Berbangsa Masih Diabaikan

Lebih lanjut hasto menyatakan, ketika kita warga bangsa tidak lagi bisa menghormati simbol negara seperti Presiden Republik Indonesia Jokowi, maka demokrasi melunturkan watak kebudayaan bangsanya. 

"Stop karikatur yang tidak mencerdaskan kehidupan bangsa," serunya.

Quote