Ikuti Kami

Endro: Mahasiswa adalah Agen Perubahan & Pancasila, Alat Mengontrol Pemimpin

Mahasiswa adalah kaum terdidik, terpelajar, golongan kelas menengah yang dalam sejarah pergerakan nasional merupakan agen perubahan.

Endro: Mahasiswa adalah Agen Perubahan & Pancasila, Alat Mengontrol Pemimpin
Endro S. Yahman, Anggota DPR RI Komisi II Fraksi PDI Perjuangan dalam Seminar Pancasila di Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung (UNILA), Selasa (24/10). Acara Seminar dibuka oleh Wakil Dekan III FEB, bapak Muslimin, SE, M.Sc.  

Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPR RI Komisi II Fraksi PDI Perjuangan Endro S. Yahman mengatakan setidaknya ada 3 jenis istilah yang kata depannya menggunakan “maha” yaitu: maha guru, maha kuasa dan satunya adalah maha-siswa. Artinya kata “maha” mengandung makna punya kelebihan dan kehebatan. 

Lanjut Endro, demikian juga sebutan mahasiswa, mempunyai kelebihan dan kehebatan dibanding siswa atau masyarakat pada umumnya. Sebutan mahasiswa yang disandangnya ini yang harus dipahami “di-internalisasikan dalam dirinya” oleh setiap manusia yang menyandangnya. 

Kelebihannya antara lain, bahwa mahasiswa adalah kaum terdidik, terpelajar, golongan kelas menengah yang dalam sejarah pergerakan nasional menuju kemerdekaan merupakan agen perubahan. 

"Para mahasiswa-lah yang melakukan “gerakan penyadaran kritis” masyarakat yang akhirnya mampu membangun kesadaran kolektif ditengah masyarakat, sadar akan posisinya sebagai bangsa terjajah, kemudian bergerak bersama  untuk mengusir penjajah dan merdeka," papar Endro S. Yahman, Anggota DPR RI Komisi II Fraksi PDI Perjuangan dalam Seminar Pancasila di Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Lampung (UNILA), Selasa (24/10). Acara Seminar dibuka oleh Wakil Dekan III FEB, bapak Muslimin, SE, M.Sc.  

Endro mencontohkan dimulai dari gerakan pendidikan seperti Boedi Oetomo, Ki Hadjar Dewantara dan lainnya. 

Sementara itu, Ketua BEM FEB UNILA Reza Pratama menyatakan kegiatan seminar ini merupakan rangkaian kegiatan kegiatan Economic Fair yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB UNILA. 

Kegiatan tersebut dimaksudkan sebagai wahana pendidikan dan pelatihan mahasiswa dalam membangun kreativitas dan juga melatih kepemimpinan (leadership) sebelum terjun ke masyarakat setelah lulus nantinya. Seminar mengundang narasumber Endro S. Yahman anggota DPR RI dan juga dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). 
 
Endro S. Yahman yang juga politisi lulusan Teknik Kimia UGM ini menambahkan masyarakat Lampung khususnya di perkotaan dan pedesaan sangat membutuhkan uluran mahasiswa dalam membebaskan dirinya dari kondisi ketidakmampuan secara ekonomi. 

Masih banyak masyarakat kurang mampu/miskin di Lampung dengan pendidikan yang masih relatif rendah. Inilah medan pengabdian sekaligus melatih sensitivitas sosial mahasiswa. Dengan bekal ilmu ekonomi yang diperoleh diruang kuliah, dapat dipraktekkan ditengah masyarakat.

Endro menjelaskan masyarakat dan kelompok masyarakat akan terbebaskan dari kemiskinan, secara perlahan akan meningkat kehidupan ekonominya dan akan terdidik (ter-edukasi) dengan sendirinya dan menjadi mandiri. 

Masyarakat yang secara ekonomi lebih baik, sambungnya, mereka akan berpikir waras dalam memilih calon pemimpinnya termasuk calon wakil rakyat yang mandat tugasnya dari rakyat harus melayani pemberi mandat yaitu pemilihnya/rakyatnya. 
 
Ia mencontohkan gerakan mahasiswa secara masif turun ke masyarakat dengan melakukan pendampingan kelompok masyarakat untuk membaangun dan memperkuat “mikro power ekonomi” ditengah rakyat itulah yang namanya membangun “lapisan sosial baru” yang berfikiran kritis, saat ini sangat dibutuhkan diera demokrasi langsung.

Kelompok masyarakat ini akan meresonansi dan mengilhami munculnya kelompok-kelompok baru masyarakat dalam bentuk “mikro ekonomi” atau biasa disebut usaha kelompok masyarakat (UKM), kelompok tani dan lain sebagainya. 

“Lapisan sosial masyarakat baru” inilah yang akan merubah wajah pemimpin, wakil rakyat dimasa yang akan datang. Pemimpin, mulai dari kepala daerah (bupati, walikota, Gubernur sampai presiden), termasuk juga wakil rakyat yang hanya ingin kekuasaan, namun lupa kepada rakyat sebagai pemberi mandat untuk melayani niscaya akan tergusur dalam ajang pemilihan berikutnya. Partai sebagai pintu rekruitment calon-calon tersebut untuk diusung dalam pemilihan demokrasi langsung juga akan menerima akibat, dihakimi rakyat," ujar Endro, putra kelahiran Pringsewu itu.

Menurut Endro, di Lampung, nampak nyata didepan mata, kualitas pemimpin daerah mencerminkan kualitas masyarakatnya dimana kondisi infrastruktur jalan, jumlah angka kemiskinan, Indeks Pembangunan manusia (IPM), tingkat kemajuan ekonomi maupun indeks kesejahteraan masyarakat menjadi fakta tingkat kualitas pemimpinnya yang dipilih oleh rakyat lampung (political appointee) melalui pilkada langsung. 

Ia mencatat data dari BAWASLU, Lampung menduduki peringkat ke 2 dalam kerawanan pemilu termasuk politik uang. Jadi sangat masuk akal dengan data dan fakta diatas, kondisi kesejahteraan masyarakat jauh dari sejahtera. Ini adalah ladang pengabdian, tugas sejarah mahasiswa. 

"Selain melakukan gerakan di tengah masyarakat, mahasiswa juga harus mengkritisi, mengawasi, mengontrol pemimpin (bupati, walikota, gubernur) sebagai pemimpin dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Alat untuk mengkritisi kan sudah jelas yaitu nilai-nilai Pancasila," pungkas Endro, politisi PDI Perjuangan yang masih menekuni sebagai dosen Universitas Trisakti ini.

Quote