Buleleng, Gesuri.id - Di tengah terik matahari Buleleng, Wayan Soma Adnyana tampak menunduk, menata bibit kelapa pandan wangi di kebunnya yang hijau.
Pria berusia paruh baya ini bukan sekadar petani—ia adalah anggota DPRD Buleleng dari Dapil 1 yang juga kader PDI Perjuangan.
Namun, di sela kesibukan legislatif, Soma memilih kembali ke tanah, mengolah lahan satu hektar lebih di Dusun Pumahan, Desa Alasangker, yang dulu terbengkalai.
“Kenapa memilih kelapa pandan wangi? Ini varietas unggul. Selain banyak peminat, kelapa ini juga punya harga yang bagus,” ujarnya sambil tersenyum. Dengan sabar, Soma menanam 250 pohon kelapa yang ia beli dari petani di Desa Sudaji. Bibit itu dibanderol antara Rp200.000 hingga Rp500.000 per pohon, tergantung ukuran dan kualitasnya.
Kebun itu bukan hanya kelapa. Di sela-sela pohon muda, tumbuh jagung, cabai, terong, hingga durian. Semua ditata untuk saling mendukung satu sama lain.
“Ini hanya contoh. Saya berharap masyarakat sekitar juga memanfaatkan lahannya agar mandiri pangan,” kata Soma. Pesannya jelas: bertani bukan pekerjaan yang harus ditinggalkan, bahkan untuk generasi muda sekalipun.
Momentum Hari Tani Nasional, 24 September lalu, menjadi simbol penting bagi Soma. Ia ingin menghidupkan kembali semangat bertani sebagai tradisi leluhur, tapi dengan pendekatan modern.
“Kita jangan malu bertani. Justru dengan teknologi sekarang, hasilnya bisa lebih baik dan memberi nilai ekonomi lebih,” katanya penuh keyakinan.
Selain perkebunan, Soma juga menyiapkan peternakan kambing dan ayam petelur di lahan yang sama. Telur hasil ternaknya kelak akan dipasarkan di Buleleng—sebuah jawaban atas tingginya ketergantungan daerah ini pada pasokan telur dari luar Bali.
“Kenapa ayam petelur? Karena kebutuhan telur di Buleleng masih banyak didatangkan dari luar,” imbuhnya.
Tentu, membangun kebun dan peternakan di lahan seluas itu tidak mudah. Modal menjadi tantangan tersendiri. Namun Soma memilih melihatnya sebagai investasi jangka panjang—bukan hanya untuk dirinya, tetapi untuk warga sekitar. Ia ingin kebunnya menjadi ruang kerja baru bagi mereka yang belum memiliki penghasilan tetap.
“Nanti banyak yang bekerja di sini. Ada yang menyiram tanaman, merawat kambing, mengurus ayam petelur. Otomatis ekonomi berjalan,” tandasnya.
Dari kebun sederhana itu, Soma Adnyana berharap lahir inspirasi baru. Bahwa seorang wakil rakyat bisa tetap menjadi petani, dan bahwa bertani bukan sekadar urusan tanah, melainkan tentang menanam harapan dan memberi contoh nyata kepada masyarakat.