Ikuti Kami

Pers di Usia Ke-74 Dinilai Sudah Matang dan Bijaksana

Serta harapannya mampu berkontribusi positif dalam pengembangan bangsa dan negara.

Pers di Usia Ke-74 Dinilai Sudah Matang dan Bijaksana
Peringatan Hari Pers Nasional ke-74 di Singosari, Kabupaten Malang, Minggu (9/2). (Foto: Istimewa)

Malang, Gesuri.id - Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Dr. Sri Untari mengatakan dalam usia ke-74, media sudah matang dan bijaksana serta diharapkan mampu berkontribusi positif dalam pengembangan bangsa dan negara.

Baca: Kata Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya Soal Peran Pers

Hal itu dikatakannya kepada awak media, di sela-sela peringatan Hari Pers Nasional ke-74 di Singosari, Kabupaten Malang.

“Saya rasa dalam usia ke-74 , media sangat matang dan bijaksana serta harapannya mampu berkontribusi positif dalam pengembangan bangsa dan negara,” kata Sri Untari, Minggu (9/2).

Sri Untari menuturkan, pada HPN ini saatnya semua pihak membangun harmonisasi antara media, pemerintah, TNI, Polri dan masyarakat, utamanya menjaga Indonesia harus kokoh dalam situasi global seperti sekarang ini.

“Yuk kita bersama-sama bersinergi. ini yang saya inginkan agar Indonesia kuat menghadapi kondisi seperti sekarang ini,” jelas Untari.

Ia menjelaskan, pada usia 74 media sudah matang, diharapkan yang berprestasi saja yang diblow up.

“Saya katakan usia pers matang bisa berkomunikasi dengan semua pihak. Saya berharap memberitakan hal yang positif dan suatu hal yang menunjukkan prestasi bisa diblow up,” urai Untari.

Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jawa Timur ini mengungkapkan, dirinya baru saja mengetahui sebuah informasi menarik dari You Tube tentang keberadaan napi di penjara Belanda yang saat ini sudah habis (kosong) karena pemerintah sukses melakukan pendekatan humanistik.

“Beberapa hari lalu saya dapat info. Bahwa di Belanda napi sekarang habis karena pendekatan baik dari pemerintah. Banyak napi yang akhirnya insaf dan tobat. Kalau di Indonesia pendekatan tepat, masyarakat dan media menjadi motivasi dan mendorong semua pihak berbuat baik, maka kondisi tersebut tidak mustahil bisa terjadi di Indonesia,” jelas Untari.

Ia meminta agar media tidak terlalu mengekspos berita semisal begal dan pemerkosa.

“Saya kepingin supaya media tidak over memuat berita seperti begal dan pemerkosaan. Karena ternyata hal ini menimbulkan dampak trauma di masyarakat. Termasuk saya pribadi menjadi takut akan keselamatan anak perempuan mau pergi ke mana jadi khawatir terjadi sesuatu,” imbuh Untari.

Baca: Presiden Jokowi: Insan Pers Adalah Teman Saya

Sri memohon agar media memuat suatu hal yang bersifat motivasi, edukatif, dan prestasi.

“Terakhir, saya berharap agar media bisa menjadi kontributor yang baik bagi urusan pengembangan negara dalam menjaga, dan beri sumbangsih positif konstruktif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara,” pungkas Untari.

Quote