Ikuti Kami

Vita Ingatkan Konsumsi Ikan Bisa Cegah Terjadinya Stunting

Dengan mengkonsumsi ikan, jelas Vita, permasalahan stunting dapat tertanggulangi dan cita-cita membentuk generasi emas.

Vita Ingatkan Konsumsi Ikan Bisa Cegah Terjadinya Stunting
Anggota Komisi IV DPR RI, Vita Ervina.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPR RI, Vita Ervina, mengatakan konsumsi ikan yang tinggi dapat mencegah kasus stunting di masyarakat

Wakil rakyat perempuan tersebut secara langsung turun ke lapangan memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk selalu mengkonsumsi ikan untuk mencegah stunting atau mempercepat penurunan stunting.

“Saya berharap masyarakat tertarik makan ikan. Karena kandungan proteinnya jauh lebih baik dari daging atau lauk lainnya,” ujar dia saat membuka “Pelatihan Diversifikasi Olahan Ikan” di Desa Kapulogo Kepil Wonosobo.

Dengan mengkonsumsi ikan, jelas Vita, permasalahan stunting dapat tertanggulangi dan cita-cita membentuk generasi emas di tahun mendatang dapat tercapai. Sehingga Indonesia siap semua tantangan zaman.

Baca: Banteng Provinsi Lampung Miliki Kantor Baru

“Dengan kegiatan ini, saya berharap dapat mewujudkan generasi emas di tahun mendatang yang gemar makan ikan. Apalagi tingkat budidaya ikan di masyarakat cukup tinggi tapi konsumsinya ternyata masih rendah,” terang Vita.

Dia mengatakan pelatihan olahan berbahan ikan menjadi salah satu upaya memaksimalkan potensi sektor perikanan di Wonosobo. Khususnya mengoptimalkan hasil pengolahan perikanan untuk dijadikan sebagai sumber pangan yang sehat dan bergizi.

“Apalagi jika mengingat mengkonsumsi ikan bisa mensehatkan, mencerdaskan dan mengkuatkan tubuh anak,” ucapnya, yang hadir dalam pelatihan pengolahan ikan didampingi Calon Anggota DPRD Wonosobo PDI Perjuangan dari Dapil III (Sapuran, Kepil) Fatoni Yunianto itu.

Menurutnya, angka konsumsi ikan di Wonosobo saat ini masih cukup rendah. Baru sekitar 24 kilogram per kapita per tahun. Jateng sudah mencapai 26 kilogram dan nasional sudah mencapai 35 kilogram. Wonosobo masih di bawah rata-rata Jateng dan nasional.

“Kondisi ini dipengaruhi oleh ketersediaan ikan, karena wilayah yang jauh dari laut. Juga kemungkinan kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap nilai gizi yang terkandung di dalamnya,” kata dia.

Daerah Wonosobo, lanjut Vita, berada di dataran tinggi berkisar 275-2.250 mdpl menjadikan masyarakat lebih banyak mengenal jenis ikan tawar. Baik dari perikanan budidaya maupun berasal dari sungai maupun kali.

“Produksi ikan di Wonosobo sudah mencapai 9 ribu ton per-tahun, dibandingkan dengan jumlah penduduk Wonosobo yang mencapai 800 ribu jiwa, dirasa masih belum mencukupi kebutuhan harian,” ujar wakil rakyat perempuan itu.

Begitu juga minat masyarakat akan konsumsi ikan, menurutnya, juga masih rendah. Apalagi generasi milenial atau gen Z kebanyakan lebih memilih jenis makanan instan lainnya dari pada makanan berbahan ikan.

Dikatakan Vita, salah satu prioritas nasional sekarang ini adalah untuk menurunkan angka stunting. Maka perhatian konsumsi ikan ditujukan kepada calon ibu, ibu hamil dan bayi sampai 5 tahun (balita).

“Maka konsumsi ikan secara teratur dianjurkan. Karena selain harganya lebih terjangkau, ikan juga memiliki jumlah protein bergizi dan kandungan omega 3 yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, perkembangan janin dan menurunkan risiko ibu hamil,” jelasnya.

Sebagai anggota Komisi IV DPR RI, pihaknya berupaya untuk meningkatkan angka konsumsi ikan di Wonosobo melalui program-program aspirasi untuk budidaya. Seperti pemberian benih, indukan ikan dan bioflok.

“Hal itu guna mendorong peningkatan produktivitas ikan, program gemar makan ikan untuk mendorong peningkatan konsumsi ikan di masyarakat. Bimbingan teknis dan pelatihan pengolahan hasil perikanan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” cetusnya.

Kegiatan pelatihan pengolahan ikan, katanya, dimaksudkan juga untuk menjawab tantangan akan minat konsumsi dan segmentasi pasarnya terbatas akan ikan dalam bentuk segar.

“Perlu diversifikasi ikan dalam bentuk olahan, baik setengah jadi maupun jadi seperti cemilan lainnya yang diharapkan menjangkau kebutuhan berbagai kalangan masyarakat. Bahkan menambah nilai ekonomis yang menjanjikan,” paparnya.

Baca: Mercy Barends: BESS Harus Bisa Digunakan di Daerah 3T

Jenis olahan ikan berupa pempek, baso dan otak-otak ikan, dipilih karena pembuatannya tergolong mudah. Juga merupakan makanan yang digemari oleh masyarakat sekitar. Bahan yang digunakan juga mudah didapatkan dan harga relatif murah.

Pihaknya berharap setelah pelatihan pengolahan perikanan ini dapat mendorong ibu-ibu untuk terus berinovasi dalam pengolahan hasil perikanan. Contohnya bisa membuat sambal ikan, bermacam snack ikan maupun kerupuk ikan dan masih banyak lagi.

“Semoga, pelatihan ini memberikan manfaat seluas-luasnya baik itu pengetahuan, pengalaman dan juga semangat untuk mengembangkan ketrampilan yang diperoleh,” sambung Vita.

Dia meminta setelah diberikan pelatihan, nanti pulang ke rumah, ilmu dipraktekkan. Baik untuk disajikan dalam menu keluarga sehari-hari, maupun mengoptimalkan olahan hasil perikanan guna menambah nilai ekonomis untuk meningkatkan kesejahteraan bagi keluarga dan masyarakat.

Quote