Ikuti Kami

Wishnutama Dijebak Isu Wisata Halal, Ini Kata Andreas

Kemenparekraf akan disibukkan dengan pro kontra terkait isu wisata halal.

Wishnutama Dijebak Isu Wisata Halal, Ini Kata Andreas
Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pareira. Foto: Gesuri.id/ Elva Nurrul Prastiwi.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Andreas Hugo Pareira menyatakan bahwa Komisi X DPR RI sudah mewanti-wanti kepada Menteri Pariswisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio untuk hati-hati dan tidak terjebak dalam isu wisata halal.

"Isu wisata halal yang sempat muncul kurang dari setahun yang lalu, yang bukan tidak mungkin akan muncul kembali. Apabila isu ini kembali muncul dan tidak direspon secara tepat, bukan tidak mungkin akan mengganggu kinerja Kemenparekraf lima tahun ke depan," Kata Andreas, Rabu (13/11).

Baca: Robertus Tolak Keras Wisata Halal di Labuan Bajo

Andreas mengatakan, Kemenparekraf akan disibukkan dengan pro kontra terkait isu wisata halal, mengingat bangsa ini masih sangat rentan terhadap isu-isu identitas dan politisasi identitas dalam berbagai aspek.

"Belum lewat seminggu setelah pertemuan dengan Menparekraf, benar saja, ternyata Menparekraf sudah dijebak isu Wisata Halal. Untung saja, Wishnutama secara cepat dan tanggap membantah, bahwa beliau tidak pernah bicara soal wisata halal," ungkapnya.

Belakangan ini bergulir isu rencana Bali akan dijadikan wisata halal. Menanggapi hal itu, Wishnutama pun menegaskan bahwa dirinya tidak pernah mengeluarkan pernyataan Bali akan dibuat jadi destinasi wisata halal.

Menurut Andreas, bantahan Wishnutama sangat tepat, karena pariwisata sifatnya universal, dan prekondisi untuk daya tarik wisata universal yaitu hospitality yang berbasis kultural.

"Kekeliruan kita memandang  pariwisata selama ini karena melihat Wisata dan tujuan wisata entah itu alam atau budaya sebagai obyek. Dalam percakapan sehari-hari pun kita sering menggunakan istilah 'Obyek Wisata'," jelas Andreas.

Oleh karena tempat wisata obyek, lanjut Andreas, maka dia menjadi lahan eksploitasi industri, sekadar lahan bisnis atau bahkan lahan politisasi kepentingan identitas, seperti yang terjadi saat ini dengan isu wisata halal.

"Paradigma obyek wisata harus dirubah. Pariwisata bukan sekadar obyek, tetapi pariwisata juga adalah subyek. Sehingga pariwisata adalah kapital yang harus dirawat, dibuat lebih baik sehingga dia akan selalu memberikan nilai lebih, lebih untuk tempat tujuan wisata maupun masyarakat yang hidup disekitarnya," paparnya.

Baca: Wisata Halal di Danau Toba Berpotensi Coreng Kebhinekaan

Lebih lanjut Andreas menuturkan, bantahan Menparekraf yang memandang pariwisata bersifat universal dan perlu dikonservasi untuk menjaga keberlangsungan wisata dengan nilai keaslianya, baik wisata alam maupun budaya, patut diacungi jempol.

"Semoga apa yang diucapkan Menparekraf, itupun juga yang akan dilakukan dalam program-program Kemenparekraf lima tahun ke depan," tandasnya.

Quote