Ikuti Kami

Aria Bima: MBG Berhasil Jika Seluruh Ekosistem Pemerintahan dan Masyarakat Bergerak Bersama

Aria: Ikhtiar besar yang sedang ditemuh bangsa ini. Makan siang atau makan bergisi gratis.

Aria Bima: MBG Berhasil Jika Seluruh Ekosistem Pemerintahan dan Masyarakat Bergerak Bersama
Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Aria Bima saat mengunjungi salah satu dapur MBG.

Jakarta, Gesuri.id - Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Aria Bima, menegaskan keberhasilan program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai proyek strategis nasional hanya dapat terwujud apabila seluruh ekosistem pemerintahan dan masyarakat bergerak bersama.

Ia menyebut program ini sebagai bentuk ikhtiar besar bangsa dalam memastikan generasi Indonesia tumbuh sehat dan cerdas.

“Kawan-kawanku sekalian, hari ini kita berbicara tentang sebuah ikhtiar. Ikhtiar besar yang sedang ditemuh bangsa ini. Makan siang atau makan bergisi gratis,” kata Aria Bima, dikutip pada Sabtu (18/10/2025).

“Sebuah proyek strategis nasional yang tak boleh hanya berhenti sebagai wacana,” lanjutnya.

Sebagai pimpinan Komisi II, Aria menegaskan pentingnya peran pemerintah daerah dalam menyukseskan implementasi program tersebut di lapangan. 

“Sebagai pimpinan Komisi II, saya menegaskan keberhasilan program ini hanya mungkin terwujud jika seluruh ekosistem bergerak bersama. Pemerintah pusat telah memberi arah dan standar, namun suksesnya program ini di lapangan sangat ditentukan oleh kepemimpinan bupati, kesiapan pemerintah daerah, dan terutama kedisiplinan ASN sebagai penumpang utama kelainan publik sehari-hari,” ujarnya.

Lebih lanjut, Aria menjelaskan bahwa tujuan utama program MBG tidak boleh bergeser dari esensi utamanya, yakni memastikan setiap anak Indonesia memperoleh asupan bergizi yang layak. 

“Tujuan MBG jelas, tidak boleh bergeser. Memastikan setiap anak Indonesia menerima asupan bergisi seimbang, aman, tepat waktu, dan terukur dampaknya bagi tumbuh kembangnya maupun prestasi belajarnya. MBG bukan sekedar membagi makanan,” tegasnya.

Ia menambahkan, MBG merupakan bentuk intervensi negara untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat, terutama dalam mengatasi persoalan gizi dan ketimpangan. 

“Ia adalah intervensi negara untuk memutus rantai stunting, memperbaiki konsentrasi belajar, dan mengurangi ketimpangan gisi antarwilayah. Karena itu, standar menu, porsi, kebersihan, hingga laporan sederhana harus seragam di seluruh negeri, sambil tetap memberi ruang adaptasi lokal,” ucapnya.

Namun demikian, Aria juga mengakui bahwa pelaksanaan program MBG di lapangan masih menghadapi sejumlah tantangan. 

“Namun kita harus jujur, realitas di lapangan masih menantang. Data penerima belum menerata. Kualitas menu dan kapasitas dapur berbeda antarwilayah. Rantai pasok mudah terganggu oleh cuaca ekstrim atau harga bahan baku yang bergeculak,” jelasnya.

Ia juga menyoroti adanya beberapa kasus yang perlu menjadi perhatian serius pemerintah. 

“Bahkan kita mencatat ada kasus keracunan di beberapa daerah. Cara belanja dan pencatatan pun belum sepenuhnya jelas, sehingga pengawasan seringkali baru dilakukan setelah ada masalah,” pungkasnya.

Quote