Ikuti Kami

Bedi Ajak Generasi Muda Kritis dan Miliki Kesadaran Politik

aum muda harus memiliki idealisme sebagai energi untuk membangun motivasi dan daya juang

Bedi Ajak Generasi Muda Kritis dan Miliki Kesadaran Politik
Ketua Komisi I DPRD Provinsi Jawa Barat (Jabar) Bedi Budiman.

Bandung, Gesuri.id - Ketua Komisi I DPRD Provinsi Jawa Barat (Jabar) Bedi Budiman mendorong generasi muda tidak alergi terhadap politik. 

Bedi mengajak anak-anak muda untuk memiliki kesadaran berpolitik.

"Saya mengajak generasi muda agar memiliki kesadaran politik, terutama kaum intelektual seperti para mahasiswa yang mempelajari secara keilmuan," kata Bedi menjadi narasumber dalam diskusi yang diinisiasi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik di Gedung FISIP Unpad, Jl. Raya Bandung Sumedang KM.21, Jatinangor, Selasa (16/11).

Baca: Mahasiswa Terjerat Pinjol, Andreas Soroti Budaya Instan

Politisi PDI Perjuangan ini mengatakan bahwa kaum muda harus memiliki idealisme sebagai energi untuk membangun motivasi dan daya juang dalam kiprahnya untuk turut membangun negeri.

Menurutnya, pengetahuan tentang kepartaian dan tata kelola pemerintahan menjadi bagian pengetahuan penting, khususnya bagi Mahasiswa FISIP. 

Bedi mengingatkan bagaimana  Bung Karno mendirikan PNI 1927 sebagai alat mempersatukan bangsa dan mengusir penjajah, demikian halnya saat ini Partai sangat diperlukan sebagai perwujudan dari demokrasi politik

"Contohnya di PDI Perjuangan, kami memiliki sistem pendidikan partai mulai dari tingkat pratama, madya hingga utama kemudian filosofi sejarah, ideologi sampai pada ketrampilan praktis, public speaking, pemetaan politik dan tata kelola  partai yang baik. Hal ini dilakukan semata-mata agar partai mampu menghasilkan sdm manusia yang siap untuk mengelola pemerintahan. Dalam persiapan regenerasi ini dilakukan tentu membutuhkan anak-anak muda yang kritis dan potensial," ujar Bedi.

Bedi menegaskan partai politik harus dilandasi dengan idealisme, perangkat nilai, tata kelola partai yang baik (kaderisasi) serta pagar norma-norma.

"Bila tidak memiliki itu semua, maka partai hanyalah sekumpulan orang tanpa arah. Hanya kerumunan kepentingan yang tidak memiliki keberpihakan pada masyarakat," tukasnya dihadapan ratusan mahasiswa FISIP Universitas Padjadjaran yang menjadi peserta diskusi.

Bedi juga menyinggung soal disrupsi teknologi atau perubahan fundamental akibat perkembangan sistem teknologi digital. Dampaknya, kata dia, seorang individu yang hanya bermodal peranti medsos bisa lebih populer dari tokoh partai.

"Karena populer, maka banyak partai yang meminang individu ini dengan harapan dapat mendongkrak suara partai dan juga merengkuh ceruk pemilih yang belum tersentuh. Saya kira ini satu fenomena baru yang harus disikapi oleh parpol, yakni bagian dari demokrasi melalui medsos," bebernya lagi.

Baca: Di G20 Usai Rudal Hantam Polandia, Jokowi: Stop Perang!

Bedi juga mengingatkan jelang Pemilu 2024 generasi muda turut berpartisipasi menciptakan situasi kondusif.

Karena, kata Bedi, menilik dari Pemilu 2019 lalu polarisasi dalam kontestasi politik tak bisa dihindari dan fenomena ini muncul pada Pemilihan Presiden yang mempertemukan pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin dengan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. 

"Bisa saja terjadi kembali polarisasi dalam masyarakat mengingat pada Pilpres 2024 mungkin terjadi lagi pertarungan head to head antara 2 pasangan calon. Nah ini harus kita jaga bersama, jangan sampai ada yang menunggangi dan menyerang sendi-sendi negara atau kebhinekaan kita (SARA) hanya demi konten misalnya. Itu adalah hal sensitif karena Indonesia adalah bangsa yang plural dan majemuk," bebernya.

Quote