Ikuti Kami

Cocoknya Sejarawan, Filsuf & Teknolog Jadi Stafsus Jokowi

Pengganti Belva dan Andi Taufan sebaiknya tidak berasal dari kalangan pebisnis, agar jauh dari konflik kepentingan.

Cocoknya Sejarawan, Filsuf & Teknolog Jadi Stafsus Jokowi
Presiden Jokowi saat bersama para staf khususnya.

Jakarta, Gesuri.id - Ketua Inovator 4.0 Budiman Sudjatmiko menilai pengunduran diri dua Staf Khusus (Stafsus) Presiden Joko Widodo (Jokowi), yakni Andi Taufan Garuda Putra dan Adamas Belva Syah Devara dapat diterima secara etis. Pasalnya, mereka sudah melakukan kesalahan sebagai staf presiden.

"Saya kita itu adalah langkah yang baik, gentleman. Menurut saya apa yang dilakukan Andi dan Belva, secara etis bisa diterima. Kita bisa belajar dari situ semua, dari kesalahan yang dibuatnya kita bisa menarik pelajaran yang baik," kata Budiman baru-baru ini. 

Baca: Jokowi & Trump Sepakat Kerja Sama Alkes Penanganan Covid-19

Budiman pun mengusulkan staf pengganti mereka berdua tidak berasal dari kalangan pebisnis, supaya jauh dari konflik kepentingan.

Dia menjelaskan, ada tiga sosok yang ia maukan untuk menggantikan posisi Andi dan Belva, yakni sejarawan, ahli filsafat muda, dan ahli teknologi.

"Saya usulkan kepada anak-anak muda yang bisa menggantikan mereka usahakan bukan dari pebisnis, misalnya dari para teknologi, filosof dan lain-lain. Saya kira itu penting," ujarnya.

Menurutnya, Indonesia saat ini membutuhkan sosok anak-anak muda yang memiliki kegelisahan tentang Tanah Air dan dunia. Pasalnya, sosok seperti itu mengerti dan mengetahui apa yang terjadi saat ini.

Lantas, orang-orang itu diharapkan mampu memberikan masukan kepada Presiden Jokowi, terhadap persoalan yang belum sempat diketahuinya.

"Karena bangsa ini lagi butuh anak-anak muda yang gelisah, tapi punya kemampuan ilmu pengetahuan, teknologi, punya filsafat, atau sejarawan. Sehingga, melihat gejolak Indonesia atau dunia, mereka bisa menjadi teman diskusi yang baik dan beri masukan untuk presiden," katanya.

Politisi PDI Perjuangan ini menambahkan, saat ini negara membutuhkan sosok yang mempunyai mata hati yang gelisah. Dan orang itu bisa melihat permasalahan yang ada saat ini.

"Saya sih berfikir bahwa negara ini butuh mata hati yang gelisah. Yang bisa melihat seluruh persoalan Tanah Air, dunia, dan masa depan. Belajar sejarah dan sampaikan perenungan yang didapat kepada presiden," ucap Budiman.

Baca: China Ganggu ASEAN, Keberanian Era Soekarno Terkenang

Kemudian, staf khusus ini dia harapkan dapat melengkapi cara pandang presiden, yang mungkin belum terlihat oleh orang nomor satu di Indonesia itu.

"Stafsus ini harus memberikan dan melengkapi cara pandang yang mungkin enggak sempat dilihat Pak Jokowi dan diberikan masukan. Sehingga ini pentingnya sejarawan, filsuf muda, pentingnya ahli teknolog muda," kata dia.

Selanjutnya, Budiman berpesan kepada staf presiden yang ada saat ini agar bekerja untuk memunculkan ide-ide besar untuk Bangsa dan Tanah Air.

"Bekerjalah, hilangkan konflik kepentingan. Kalian anak muda yang ada di sekitar presiden, manfaatkan itu untuk memunculkan ide-ide besar. Bukan kepentingan-kepentingan kecil," ucap Budiman.

Quote