Ikuti Kami

Eko Suwanto Ungkap Persoalan Sampah Harus Dipandang Sebagai Peluang

Menurut Eko, pola pikir masyarakat terhadap sampah harus segera berubah. 

Eko Suwanto Ungkap Persoalan Sampah Harus Dipandang Sebagai Peluang
Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto.

Jakarta, Gesuri.id - Ketua Komisi A DPRD DIY, Eko Suwanto menegaskan bahwa persoalan sampah harus dipandang sebagai peluang, bukan sekadar beban. 

Menurut Eko, pola pikir masyarakat terhadap sampah harus segera berubah. 

“Sampah jangan cuma dikumpulkan lalu dibuang. Sampah harus diolah, dirancang menjadi sesuatu yang punya nilai ekonomi,” kata Eko dalam sosialisasi bertema Optimalisasi Peran Pemerintah Kelurahan dan Partisipasi Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dalam Penanganan Permasalahan Persampahan yang digelar Pemerintah DIY melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Kalurahan, Kependudukan, dan Pencatatan Sipil  DIY, Rabu (20/8).

Baca: Mengulik Gaya Kepemimpinan Transformasional Ganjar Pranowo

Politisi PDI Perjuangan ini menyebut selama ini bank sampah hanya menjadi tempat pengumpulan, bukan pengolahan. Padahal, jika dikelola dengan serius, bank sampah dapat menjadi pusat produksi pupuk organik, kerajinan kertas daur ulang, hingga kerajinan dari sampah sandal dan plastik. 

“Bank sampah jangan cuma menampung. Harus naik kelas menjadi pusat pengolahan,” tegasnya.

Eko mendorong setiap kelurahan membentuk unit pengelolaan sampah mandiri sehingga sampah tidak langsung ditumpuk di depo. 

“Kalau kita mulai pengolahan dari rumah atau kelurahan, sampah yang masuk ke depo pasti jauh berkurang. Depo penuh itu akibat sistem kita yang masih sebatas buang, bukan olah,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa sampah organik harus diolah menjadi pupuk di tingkat lokal, dan residu saja yang menuju depo. Dengan penguatan bank sampah dan dukungan modal, masyarakat bisa menjadikan praktik ini sebagai usaha ekonomi. 

“Modal bisa lewat KUR, pasarnya kita bantu. Ini bisa jadi mata pencaharian,” lanjutnya.

Eko juga menyoroti pentingnya peran Pemerintah Kota melalui DLH untuk bersinergi dengan Pemda DIY. Ia menyebut sinkronisasi kebijakan antara pemkot dan pemprov masih kurang optimal. 

“Sekarang kunci terletak pada koordinasi dan tindakan nyata. Kalau tidak dimulai sekarang, penumpukan akan terus terjadi,” katanya.

Selain itu, ia mendorong pemanfaatan Dana Keistimewaan (danais) untuk program pengelolaan sampah. Bahkan, menurutnya, perlu segera diberlakukan pelarangan penggunaan plastik secara bertahap dan mengganti dengan skema daur ulang berkelanjutan.

Baca: Ganjar Miliki Kenangan Tersendiri Akan Sosok Kwik Kian Gie

“Semua harus mulai pakai tumbler, kurangi plastik sekali pakai. Ini ide besar yang harus disiapkan dari sekarang,” tutur Eko.

Ia menekankan, penguatan kebijakan lingkungan juga bagian dari upaya membangun keluarga sehat. Menurutnya, kebersihan lingkungan adalah fondasi kesehatan masyarakat.

“Lingkungan bersih, keluarga sehat. Jangan biarkan sampah menumpuk di sekitar tempat tinggal,” ucapnya menegaskan.

Melalui sosialisasi ini, Eko berharap muncul gerakan kolektif di seluruh kelurahan untuk membangun budaya mengolah sampah secara mandiri. Sampah, katanya, bukan sekadar masalah, tetapi potensi ekonomi sekaligus indikator modernitas sebuah kota.

Quote