Jakarta, Gesuri.id - Pemerintah Provinsi Bali akan menampilkan ortorium kolosal Gerakan Kekyatan Pancasila dalam rangka peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni.
Hal tersebut juga sekaligus menjadi awal dari sejumlah rangkaian kegiatan Bulan Bung Karno.
Baca: PDI Perjuangan Dukung Kelompok Cipayung Tangkal Radikalisme
Gubernur Bali, I Wayan Koster menyebut bulan Juni memiliki peringatan historis yang sangat penting bagi bangsa Indonesia.
Tak hanya karena lahirnya Pancasila saja, tapi Presiden pertama sekaligus bapak bangsa yaitu Soekarno lahir dan wafat di bulan Junni.
"Pada Bulan Juni ada tiga peristiwa historis yang sangat penting bagi Bangsa Indonesia dan semuanya berhubungan dengan Bung Karno. Pada 1 Juni kita akan memperingati Hari Lahir Pancasila, pada 6 Juni memperingati Hari Lahir Bung Karno, dan pada 21 Juni memperingati Hari Wafat Bung Karno," kata Koster, Kamis (30/5).
Politisi PDI Perjuangan ini menyebut perayaan bulan Bung Karno sepanjang bulan Juni dengan skala besar merupakan pertama kalinya diadakan di Bali.
Selama satu bulan penuh, Koster mengatakan akan banyak diisi dengan berbagai lomba yang melibatkan pelajar dan anak muda, juga menampilkan sejumlah pementasan kesenian, termasuk pemanggungan naskah drama yang ditulis oleh Bung Karno.
Khusus untuk peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni, Pemprov Bali mengangkat tema Gerakan Kekuatan Pancasila, yang kemudian tema tersebut diterjemahkan ke dalam oratorium kolosal dan teaterikalisasi puisi Aku Melihat Indonesia, yang merupakan sajak karya Bung Karno. Oratorium akan dipentaskan di Panggung Terbuka Ardha Chandra Taman Budaya, Denpasar pada Sabtu (1/5).
Baca: Cara Baru Milenial Memahami Pancasila Zaman Now
Lima Tujuan Utama
Koster menyebut pelaksanaan Bulan Bung Karno pada dasarnya memiliki lima tujuan utama. Pertama, mengarusutamakan Pancasila dalam kehidupan masyarakat Bali dalam berbangsa dan bernegara. Kedua, meningkatkan pemahaman masyarakat Bali tentang sejarah, filosofi dan nilai-nilai Pancasila.
Ketiga, memperkokoh inklusi sosial di tengah kontestasi nilai (ideologi) dan kepentingan yang mengarah kepada menguatnya kecenderungan politisasi identitas. Keempat, membangkitkan dan memelihara memori kolektif masyarakat Bali tentang ketokohan dan keteladanan Ir Soekarno sebagai penggali Pancasila dan Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia. Kelima, memperkuat institusionalisasi nilai-nilai Pancasila sesuai dengan kearifan lokal masyarakat Bali.
"Perjalanan hidup Bung Karno bisa menjadi teladan bagi anak-anak muda ini untuk berani menginisiasi perubahan sosial yang positif dan progresif. Bung Karno itu berani luar biasa, dalam usia muda sudah berani melawan penjajahan sampai kemudian ditangkap, dipenjara, dan diasingkan. Tapi semua itu tidak pernah menyurutkan niatnya untuk melihat bangsa-nya merdeka," papar Koster.
Pergelaran oratorium ini akan disaksikan masyarakat lintas agama, bendesa adat, kepala desa/lurah, pelajar/mahasiswa, seniman, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah provinsi/kabupaten/kota, dan wakil rakyat.
Kemudia Bulan Bung Karno juga akan diisi dengan ramah-tamah Lintas Agama pada 6 Juni 2019 untuk memperingati 118 tahun Hari Lahir Bung Karno. Ada pula pemutaran film dokumenter, Lomba Cerdas Cermat, dan Pidato Bung Karno pada 21 Juni 2019 untuk mengenang 49 tahun Hari Wafat Bung Karno.
Sebagai penutup rangkaian acara Bulan Bung Karno pada 30 Juni 2019 akan dipentaskan teater kontemporer berdasarkan naskah drama yang ditulis Bung Karno. Presiden RI pertama itu sempat menulis sejumlah naskah drama dan bahkan mendirikan sebuah grup teater selama masa pengasingannya di Ende, NTT pada awal 1930-an.
Baca: Megawati: Pancasila Dibutuhkan Demi Keselamatan Bangsa
"Yang akan kami pentaskan adalah naskah karya Bung Karno yang berjudul Koetkoetbi. Di permukaan, Koetkoetbi tampak sebagai cerita dendam-asmara, tapi substansinya adalah tentang betapa hidup akan menjadi indah saat kita berani melupakan dendam," ujar Putu Satria, tokoh teater Bali Utara yang menyutradarai pementasan tersebut.
Koetkoetbi akan dipentaskan dengan menggunakan teknik-teknik pemanggungan drama gong gaya Buleleng. "Drama Gong gaya Buleleng memiliki kedekatan dengan seni drama modern karena akting dan pemanggungannya yang cenderung realis. Drama Gong gaya Buleleng lahir dari interaksi dengan teater