Ikuti Kami

Hendi: Bulan Ramadan Jadi Momentum Tangkal Berita Hoaks

Bulan Ramadan merupakan momentum untuk berbuat kebaikan, termasuk dengan menangkal berita-berita hoaks.

Hendi: Bulan Ramadan Jadi Momentum Tangkal Berita Hoaks
Hendrar Prihadi

Semarang, Gesuri.id – Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi (Hendi) mengingatkan Bulan Ramadan merupakan momentum untuk berbuat kebaikan, termasuk dengan menangkal berita-berita hoaks yang masih saja marak.

"Jangan mudah terpengaruh dengan berita bohong atau 'hoax'. Ini perlu dilakukan untuk menjaga kondusivitas Kota Semarang, apalagi memasuki Bulan Ramadhan ini," katanya di Semarang, Senin (21/5).

Baca: Hendi Minta Masyarakat Giatkan Kembali Siskamling

Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika, kata dia, setidaknya ada 800 ribu berita hoaks yang beredar di seluruh wilayah selama 2017 yang memerlukan komitmen tinggi untuk menangkalnya.

Artinya, kata politikus PDI Perjuangan ini, komitmen tinggi diperlukan dari seluruh warga bangsa, termasuk masyarakat Kota Semarang untuk menangkal berita hoaks yang dikhawatirkan justru bisa menggugurkan ibadah di Bulan Ramadhan.

"Jika panjenengan baca dan tidak jelas dari mana asalnya dan tidak jelas kebenarannya cukup untuk panjenengan saja, tidak perlu di-'share'. Tetapi, jika yakin adanya manfaat, silakan di-'share'," katanya, mengingatkan.

Orang nomor satu di Pemerintah Kota Semarang itu juga memastikan pelayanan publik yang dilakukan jajaran aparatur sipil negara (ASN) di lingkup Pemerintah Kota Semarang tidak akan menurun meski sedang menunaikan ibadah puasa.

"Tidak ada alasan di Bulan Ramadhan ini 'leha-leha', lemes, atau tidak masuk kerja. Kalau punya niat yang baik, Allah SWT pasti akan memberikan berkah bagi kita semuanya," katanya kepada jajaran ASN.

Ia mengatakan para ASN telah memperoleh keleluasaan masuk kerja dari semula pukul 07.00 WIB, kini mundur menjadi pukul 08.00 WIB, sementara pulangnya maju menjadi pukul 15.15 WIB dari 16.00 WIB.

Baca: Hendi Minta Bersih-bersih Masjid Rutin Dilakukan

"Coba dihitung secara matematika. Kalau hari biasa masuk pukul 07.00-16.00 WIB, kemudian di bulan puasa ternyata bisa menyelesaikan aktivitas dengan jam kerja pukul 08.00-15-15 WIB," katanya.

Dengan demikian, Hendi mengatakan sebenarnya yang terpenting adalah kemampuan mengukur diri bagaimana setiap aktivitas yang dilakukan dalam setiap harinya bisa menjadi berkualitas.

"Kalau pikirannya puasa tidak bisa sarapan, makan siang, ya, lemes. Tetapi, kalau berpikir bahwa bulan Ramadhan ini banyak berkah dan pelipatgandaan pahala dalam tindakan sekecil apapun, ya, semuanya menjadi ringan," katanya.

Quote