Ikuti Kami

I Wayan Sudirta Sebut Penindakan Terhadap Premanisme Harus Menyasar Gembong Besar

“Nggak ada gunanya menangkap yang kecil-kecil kalau yang besar nggak ditangkap."

I Wayan Sudirta Sebut Penindakan Terhadap Premanisme Harus Menyasar Gembong Besar
Anggota Komisi III DPR RI, I Wayan Sudirta.

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi III DPR RI, I Wayan Sudirta, menyoroti persoalan premanisme yang hingga kini masih menjadi ancaman nyata bagi keamanan dan ketertiban masyarakat. Menurutnya, penindakan terhadap premanisme harus menyasar gembong besar, bukan hanya pelaku kecil-kecilan di lapangan.

“Nggak ada gunanya menangkap yang kecil-kecil kalau yang besar nggak ditangkap. Ibarat pohon ilalang, kalau hanya dipotong daunnya tapi akarnya dibiarkan, begitu musim hujan, tumbuh lagi. Akarnya itu yang harus dicabut, supaya batang dan daunnya mati,” ujar Sudirta, dikutip dari laman Parlementaria, Jumat (30/5/2025).

Sudirta juga menyoroti belum adanya prioritas jelas dalam penindakan terhadap para gembong premanisme yang disebut sebagai para bos di balik aksi-aksi kriminal jalanan. Menurut Sudirta, pendekatan penegakan hukum harus menyentuh aktor intelektual di balik layar, bukan hanya pelaksana lapangan.

“Saya belum melihat secara jelas sejauh mana prioritas penangkapan terhadap para gembong ini menjadi fokus. Kalau yang besar ditangkap, otomatis yang kecil-kecil ikut tumbang,” tambahnya.

Lebih jauh Sudirta juga menyinggung soal peran organisasi masyarakat (ormas) yang kerap kali disalahgunakan oleh oknum-oknum preman sebagai tameng. Ia menegaskan, bukan ormasnya yang harus diberantas, tetapi individu-individu di dalamnya yang melakukan pelanggaran hukum.

“Kalau undang-undang keormasan diterapkan, maka apabila anggotanya sering buat masalah, sanksinya bisa dari ringan sampai pembubaran. Masalahnya, banyak ormas yang tidak diawasi, tidak ada verifikasi atau laporan berkala,” katanya.

Terakhir, Sudirta menekankan keberadaan premanisme yang tak ditindak serius dapat berdampak besar terhadap ekonomi nasional. Menurutnya, ketakutan investor terhadap situasi keamanan dapat membuat mereka hengkang, yang pada gilirannya memperburuk pengangguran dan memicu ketegangan sosial. 

“Kalau preman dibiarkan, investor lari. Investor lari, tenaga kerja nganggur. Kalau nganggur, bisa timbul kerusuhan. Masa kita mau negara ini mengalami kerusuhan karena preman?” pungkasnya.

Quote