Ikuti Kami

Iis Ingatkan Kang Emil Dampak Musim Kemarau di Purwakarta

Musim kemarau tahun lalu, di Purwakarta sebanyak 15 desa yang tersebar di 11 kecamatan mengalami kekeringan panjang.

Iis Ingatkan Kang Emil Dampak Musim Kemarau di Purwakarta
Anggota Komisi IV DPRD Jawa Barat (Jabar) Iis Turniasih.

Bandung, Gesuri.id - Anggota Komisi IV DPRD Jawa Barat (Jabar) Iis Turniasih mengingatkan Gubernur Jabar Ridwan Kamil potensi bencana kekeringan yang melanda di wilayah Purwakarta.

Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung, Wilayah Jawa Barat bakal memasuki musim kemarau pada akhir Mei 2020.

Iis mengingatkan sejumlah daerah yang memiliki krisis air bersih di musim kemarau. Salah satunya adalah Kabupaten Purwakarta.

Baca: Selain COVID-19, Sigit Minta Waspadai Dampak Karhutla

“Musim kemarau tahun lalu, di Purwakarta sebanyak 15 desa yang tersebar di 11 kecamatan mengalami kekeringan panjang,” kata Iis.

Menurut Iis, hal ini terus berulang setiap musim kemarau. Ia mengimbau agar Pemerintah Daerah bersinergi dengan Pemerintah Provinsi untuk menyiapkan program pengelolaan air bersih.

“Harus diantisipasi sejak sekarang, mulai dari pengadaan sumber air bersihnya sampai dengan pipanisasi,” tuturnya.

Ia menambahkan dari hasil pemantauannya, kondisi krisis air di lapangan bisa lebih dari 15 desa. Iis menambahkan, tidak semua desa melaporkan atau meminta bantuan distribusi air bersih karena bencana kekeringan.

“Bila kesulitan air bersih, warga harus melapor jangan sungkan-sungkan,” tandasnya.

Untuk diketahui, ketersediaan air bersih, dari waktu ke waktu menjadi permasalahan yang belum terpecahkan. Warga yang didominasi oleh kalangan ekonomi menengah ke bawah, dipaksa untuk menentukan pilihan dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya.

Baca: Pemerintah Diminta Antisipasi Dampak Musim Kemarau

Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Seseorang tidak dapat bertahan hidup tanpa air, karena itulah air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia. Selain itu, kecenderungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya ketersediaan air bersih dari hari ke hari atau yang terkenal dengan istilah krisis air. Semakin meningkatnya populasi, semakin besar pula kebutuhan akan air minum.

Maraknya pembangunan gedung-gedung di kota besar banyak yang tidak mematuhi perbandingan lahan terpakai dan lahan terbuka, sehingga mengganggu proses penyerapan air hujan ke dalam tanah.

Selain itu eksploitasi air tanah secara berlebihan yang dilakukan oleh gedung-gedung perkantoran, rumah sakit, pusat perbelanjaan, apartemen, pengusaha laundry, dan bangunan lainnya juga sangat berpengaruh akan terjadinya krisis air bersih.

Quote