Jakarta, Gesuri.id - Gubernur Bali Wayan Koster mengakui penanganan masalah lingkungan termasuk sampah di Pulau Dewata selama periode pertamanya belum maksimal.
Selama periode pertamanya yakni tahun 2018 sampai 2023, Gubernur Koster mengeluarkan regulasi untuk menyikapi masalah lingkungan di Bali. Dua di antaranya adalah Peraturan Gubernur (Pergub) terkait sampah plastik dan pengelolaan sampah mandiri.
Pergub tersebut dikeluarkan dalam dua tahun pertama. Ada Pergub Bali Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai, kemudian Pergub Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber.
“Namun, pada saat 2018-2023 itu belum bisa berjalan efektif karena ada Covid-19,” ungkap Koster saat acara peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Pantai Kuta, Badung, Kamis (5/6/2025).
Koster mengaku dilema kala itu karena fokus kebijakan didominasi masalah kesehatan masyarakat. Di tengah krisis kesehatan yang diikuti gejolak ekonomi tersebut, ia mengaku segan menjalankan kebijakan lingkungan yang agresif seperti belakangan ini.
“Sehingga enggak bisa di-endorse. Hidupnya sudah susah. Kalau dikerasin, jadi lebih susah. Karena itu kami memaklumi situasi saat itu,” tuturnya.
Kini, Koster bersama wakil anyarnya I Nyoman Giri Prasta dihadapkan pada pekerjaan besar mengurus lingkungan di Bali, terutama soal persampahan. Gubernur asal Desa Sembiran, Tejakula, Buleleng ini mengakui masalah sampah di Pulau Dewata sudah pada taraf ‘serius.’
Tidak heran jika Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq bulak-balik Jakarta-Bali sejak awal tahun 2025 mulai dari bersih-bersih pantai, peluncuran kebijakan, sampai kunjungan lapangan ke TPA Suwung. Koster menegaskan, tidak ada alasan lagi untuk tidak membereskan masalah sampah.
“Apalagi Bali merupakan tujuan utama wisata dunia, sangat sensitif terhadap isu tentang sampah,” beber Koster.
Di hadapan Menteri LH yang hadir pada acara peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tersebut, Koster berjanji tuntaskan masalah sampah di Bali dalam dua tahun. Optimisme ini dilatarbelakangi dukungan dari berbagai pihak baik institusi, industri, sampai desa adat.