Ikuti Kami

Miris! DKI Masih Ada WC Helikopter, Normalisasi Sungai Macet

"Ternyata di Jakarta, yang hanya sekian kilometer dari Monas masih ada toilet yang digunakan masyarakat seperti toilet helikopter".

Miris! DKI Masih Ada WC Helikopter, Normalisasi Sungai Macet
Ilustrasi. Toilet helikopter di DKI Jakarta.

Jakarta, Gesuri.id - Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono merasakan miris di Jakarta masih ada WC 'helikopter' atau toilet kotak kecil dengan pintu penutup seadanya.

Baca: Tak Ada Unsur Pidana Dalam Kasus Arteria Dahlan

"Ya agak miris aja di Jakarta masih ada toilet helikopter gitu lho. Artinya, kita tidak peka melihat kondisi masyarakat di bawah bahwa ternyata di Jakarta, yang hanya sekian kilometer dari Monas masih ada toilet yang digunakan masyarakat seperti toilet helikopter," kata Gembong Warsono, Minggu (6/2).

Diketahui, Yeni Rosita (37), warga Kebon Manggis, Matraman, Jakarta Timur (Jaktim), tewas setelah terjeblos di kamar mandi rumahnya yang terletak di atas Kali Ciliwung. 

Anggota Komisi A DPRD DKI itu lantas menyentil lurah dan camat setempat yang tidak melakukan fungsi pengawas dengan baik. 

Semestinya, menurut Gembong, aparat setempat gencar melakukan patroli memberantas toilet model helikopter itu.

"Artinya ada lurah, camat tidak peka terhadap persoalan di masyarakat nya. Kalau katakanlah, kalau lurahnya tahu, segera teratasi itu. Karena yang namanya toilet helikopter sudah lama dilakukan patroli, dilakukan pembersihan terhadap toilet-toilet helikopter. Kalau sekarang masih ada, saya masih bingung. Karena sudah lama dilakukan penertiban," tegasnya.

Gembong juga mendorong supaya Pemprov DKI segera melalukan normalisasi sungai. Dengan begitu, penataan kampung di daerah bantaran sungai bisa dilakukan.

"Karena dengan melakukan normalisasi, dua pekerjaan itu sekaligus diselesaikan. Satu soal penuntasan banjirnya, dua terhadap penataan permukiman di bantaran sungai sehingga kasus seperti yang terjadi kemarin nggak akan ada, karena sudah dilakukan penataan," tegasnya.

Dia meyakini warga terpaksa menghuni bantaran sungai selama bertahun-tahun karena keterbatasan ekonomi sehingga sudah menjadi tugas Pemprov DKI memberikan hunian layak bagi warganya melalui penataan.

"Pertanyaannya, kenapa, sih, mereka mau tinggal di situ? Karena terpaksa, kan. Karena kondisi ekonomi yang mengakibatkan mereka terpaksa tinggal di situ. Tugas kita menata mereka, mengangkat mereka. Caranya bagaimana? Ya dilakukan penataan," tandasnya.

Dia juga mengkritik program normalisasi yang mandek. Menurut Gembong, normalisasi sungai juga mengatasi permasalahan permukiman di bantaran.

"Pertama karena program itu nggak berjalan mengakibatkan hunian di bantaran sungai itu tetap ada. Kedua karena lingkungan pemerintah di bawah. Artinya ada lurah, camat tidak peka terhadap persoalan di masyarakatnya," kata Gembong.

Baca: Adian: Bongkar Pasang Dirut BUMN Hambat Kinerja Anak-Cucu

Sebelumnya diberitakan, Toilet 'apung' rumah warga di bantaran Kali Ciliwung, Matraman, Jakarta Timur, membawa petaka. Seorang perempuan bernama Yeni Rosita (37) nyemplung ke Kali Ciliwung gegara lantai toilet di atas aliran sungai jebol.

Yeni pun terseret aliran Sungai Ciliwung yang saat itu sedang deras-derasnya. Nahas bagi Yeni, ia tewas. Jasad Yeni ditemukan di pintu air di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara, sekitar 10 kilometer dari rumahnya. Dilansir dari detik.

Quote